Militer Israel Kirim Panggilan Wajib Militer bagi Kelompok Ultra-Ortodoks

Polisi berkuda Israel membubarkan warga Yahudi Ultra-Ortodoks yang memblokir jalan raya selama protes terhadap kebijakan wajib militer di Bnei Brak, dekat Tel Aviv, 16 Juli 2024.

Militer Israel pada hari Minggu (21/7) mengeluarkan pemberitahuan pemanggilan wajib militer kepada 1.000 anggota komunitas ultra-Ortodoks, suatu langkah untuk memperkuat barisan militer. Meskipun demikian hal ini juga dapat semakin mengobarkan ketegangan antara warga Israel yang religius dan sekuler.

Mahkamah Agung bulan lalu memutuskan bahwa Kementerian Pertahanan tidak dapat lagi memberikan pengecualian kepada pelajar seminari Yahudi untuk mengikuti wajib militer. Peraturan tersebut telah berlaku sejak sekitar masa pendirian Israel pada tahun 1948 ketika jumlah kaum ultra-Ortodoks atau Haredi masih sangat sedikit.

Pergeseran kebijakan baru ini ditentang oleh dua partai agama dalam pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, sehingga menimbulkan tekanan berat pada koalisi sayap kanan seiring dengan terus berlanjutnya perang di Gaza.

Para pemimpin komunitas ultra-Ortodoks yang berkembang pesat mengatakan memaksa pelajar seminari untuk melayani negara bersama warga Israel sekuler – termasuk perempuan – berisiko menghancurkan identitas mereka sebagai orang Yahudi yang religius. Beberapa rabi telah mendesak siapa pun di komunitas mereka yang menerima perintah pemanggilan untuk membakar surat pemberitahuan tersebut.

BACA JUGA: MA Israel Putuskan Yahudi Ultra-Ortodoks Ikut Wajib Militer

Namun, tidak semua Haredi menolak panggilan wajib militer itu. Pasukan Pertahanan Israel juga telah membentuk sejumlah unit untuk kaum ultra-Ortodoks.

Sejumlah warga Haredi yang baru direkrut dan sudah ada dalam sistem yang tidak meminta pengecualian wajib militer, melapor untuk bertugas pada hari Minggu, meskipun mereka berharap ada jalan tengah yang bisa dicapai.

Netsach Cohen, yang berusia 19 tahun, mengatakan “kita perlu membela negara kini, ini misi yang sangat penting.” Berbicara sebelum memasuki markas militer untuk proses rekrutmen itu, ia menambahkan “merekrut dengan cara paksa tidak akan membantu negara kita. Rekrutmen harus dilakukan secara alamiah, dengan berbagai pertimbangan.”

Sementara mereka yang berasal dari komunitas Haredi yang lebih taat mengatakan tidak akan pernah setuju untuk berdinas di militer. David Mizrahi, pelajar seminari berusia 22 tahun yang berasal dari Yerusalem, mengatakan “siapapun yang tidak memahami nilai belajar, tidak dapat memahami mengapa orang Haredi tidak mau direkrut militer.” Ditambahkannya, memaksakan hal ini akan memperburu perselihan yang ada.

BACA JUGA: Ratusan Pria Yahudi Ultra-Ortodoks Protes Putusan MA Israel

Pemberitahuan bagi 3.000 Warga Ultra-Ortodoks Lainnya Dikirim Beberapa Minggu Lagi

Setelah pemanggilan pertama, surat pemberitahuan wajib militer selanjutnya bagi total 3.000 warga ultra-Ortodoks diperkirakan akan dikirim dalam beberapa minggu mendatang.

Pemerintah masih berusaha untuk meloloskan undang-undang wajib militer, yang berpotensi menciptakan kompromi terbatas dan menyelesaikan masalah ini sebelum mengancam stabilitas koalisi pemerintahan.

Namun seiring masih terus berkecamuknya perang di Gaza, lebih dari sembilan bulan setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, dan meningkatnya ancaman perang di Libanon, memperluas tekanan dari pihak militer dan warga sekuler Israel untuk membagi beban wajib militer kepada semua pihak.

Warga Israel terikat oleh hukum untuk menjalani wajib militer sejak usia 18 tahun selama 24-32 bulan. Anggota kelompok minoritas Arab yang berjumlah 21 persen di Israel sebagian besar dikecualikan, meskipun ada juga yang mengikuti wajib militer. [em/jm]