Militer Israel Laporkan Pertempuran di Dekat Rumah Sakit Kota Gaza

Seorang pria menuntun seorang pasien sambil membawakan larutan infusnya saat berjalan di luar rumah sakit di Kota Gaza pada 27 Maret 2024 di tengah konflik di Jalur Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (AFP)

Militer Israel, Kamis (28/3) melaporkan pertempuran di daerah dekat Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, serta di Khan Younis di bagian selatan Jalur Gaza.

Kementerian Kesehatan di Gaza yang diperintah oleh Hamas mengatakan pada hari Kamis bahwa 62 orang Palestina tewas pada hari sebelumnya.

Menurut Kementerian itu, sedikitnya 32.552 orang telah tewas selama serangan balasan Israel, yang dimulai pada bulan Oktober setelah serangan Hamas terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang.

Sebaliknya, Israel, Rabu (27/3)setuju untuk mengirimkan para ahli strategi perangnya ke Washington untuk membahas niatnya melancarkan serangan darat terhadap militan Hamas di Rafah, kota di bagian selatan Gaza.

BACA JUGA: Saksi Mata: Tank Israel Mengepung Rumah Sakit Nasser di Gaza 

Hari Senin (25/3), Israel telah membatalkan kunjungan itu sebagai protes atas penolakan AS untuk memveto sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera dalam perang Israel-Hamas.

AS, sekutu paling setia Israel dalam perang selama enam bulan ini, abstain dalam pemungutan suara di PBB pekan ini setelah memveto resolusi serupa sebelum itu. Hal ini memicu kecaman dari PM Israel Benjamin Netanyahu, yang merupakan bukti berkembangnya perpecahan dengan Washington terkait perilaku Israel dalam perang itu.

Meskipun Netanyahu membatalkan kunjungan satu tim ahli strategi perangnya, Menteri Pertahanan Yoav Gallant berada di Washington untuk melakukan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada pekan ini.

BACA JUGA: Para Pejabat Tinggi AS Peringatkan Menhan Israel Agar Tidak Serang Rafah

Netanyahu telah mengatakan bahwa serangan di Rafah diperlukan untuk melenyapkan kontrol Hamas atas Gaza, wilayah kantong yang sempit di tepian Laut Tengah. Tetapi AS telah memberitahu Israel mengenai tentangannya terhadap invasi Rafah, terutama karena lebih dari satu juta warga sipil Palestina berlindung di sana di dalam tenda-tenda dan bangunan sementara.

Israel menyatakan akan memindahkan warga Palestina ke tempat aman sebelum meluncurkan serangan terhadap empat batalion Hamas yang berbasis di Rafah, tetapi belum mengindikasikan ke mana mereka akan dikirim.

Sambil bersikukuh bahwa sikap abstain AS “sangat, sangat buruk,” Netanyahu mengatakan kepada Senator AS dari partai Republik yang sedang berkunjung, Rick Scott, bahwa keputusan awalnya membatalkan kunjungan delegasi Israel “adalah pesan pertama dan terutama kepada Hamas: Jangan terlalu percaya pada tekanan PBB bagi gencatan senjata. Ini tidak akan berhasil.”

BACA JUGA: Israel Tak Berniat Taati Resolusi PBB soal Gencatan Senjata di Gaza

Netanyahu mengatakan pemungutan suara di Dewan Keamanan “mendorong Hamas untuk berani mengambil garis keras dan untuk percaya bahwa tekanan internasional akan mencegah Israel” mencapai tujuan perangnya. Israel telah bertekad akan terus berjuang hingga militer Hamas hancur dan sekitar 100 sandera yang tersisa dapat dibebaskan.

Gedung Putih mengatakan “adalah hal baik” untuk menyelenggarakan lebih banyak pembicaraan dengan para pejabat Israel dan bahwa tanggalnya sedang didiskusikan.

Perang dimulai dengan serangan teror Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan penyanderaan sekitar 250 orang. Lebih dari 100 orang telah dibebaskan pada November lalu pada gencatan senjata sepekan.

Jumlah korban tewas dari kementerian kesehatan di Gaza mencakup para anggota Hamas dan warga sipil. Menurut kementerian itu, dua per tiga korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. Kementerian itu mengatakan, selain korban tewas, hampir 75 ribu orang lainnya cedera. [uh/ab]