Militer Mesir sedang melakukan penumpasan besar-besaran terhadap militan Islamis di Sinai.
KAIRO —
Pemerintah Mesir memuji operasi militer terbesar mereka di Sinai dalam puluhan tahun sebagai berhasil. Bagi pendukung pemerintah yang didukung militer, penumpasan yang direncanakan selama berbulan-bulan itu merupakan serangan langsung terhadap kebijakan mantan presiden Mohammed Morsi. Mantan pejabat inteljen dan analis keamanan Sameh Al Yazal mengatakan,“Ini benar-benar tidak stabil karena presiden sebelumnya – Mohammad Morsi – yang mengeluarkan deklarasi membebaskan ribuan Muslim fanatik dari penjara. Semua yang dibebaskan itu pergi ke Sinai, dan lagi-lagi berkat tindakannya membolehkan Al Qaeda masuk ke Sinai”.
Situasi di daerah strategis yang membentang dari Terusan Suez ke perbatasan Israel dan Gaza ini sudah bertahun-tahun menyedihkan, terkebelakang, terbuka bagi kelompok penjahat, dan belakangan ini – senjata dari Libya.
Lepas dari menimpakan semua kesalahan pada Morsi, keamanan di Sinai sebenarnya juga merupakan tanggungjawab Menteri Pertahanan Jendral Abdel Fatah el Sissi – pemimpin Mesir secara de facto. Dengan prinsip “memerangi teror” – kebijakan telah berubah, dan Ikhwanul Muslimin pimpinan Mohammed Morsi serta militan jihad Islam telah menjadi satu. Peneliti senior di International Institute for Strategic Studies Emile Hokayem mengatakan, “Tentara – dalam upaya menegaskan diri sebagai pelindung negara, yang peduli tentang kepentingan utama yang diabaikan Morsi – seharusnya dapat berbuat lebih baik di Sinai.”
Stasiun-stasiun televisi menayang-ulang gambar-gambar tentara Mesir menutup beberapa terowongan gelap di Gaza, mengamankan daerah-daerah di dekat perbatasan dan menyerang posisi-posisi Jihadis. Sulit mengetahui seberapa mulus operasi ini berjalan. Seorang di antara sedikit wartawan yang ada disana – Ahmed Abu Deraa – menyangkal klaim sukses yang dikatakan pemerintah. Ia kini diadili dengan tuduhan menulis laporan palsu.
Tetapi salah satu faktor terkait pengamanan yang dilakukan tentara adalah hubungan dengan Israel, yang para pemimpinnya khawatir tentang Morsi.
Sementara terkait Terusan Suez, Mesir juga didukung masyarakat internasional untuk mengamankan terusan itu. Meskipun baru-baru ini ada laporan tentang serangan yang gagal terhadap jalur pelayaran itu, jenderal purnawirawan Al Yazal berpendapat terusan itu aman.
Tetapi operasi keamanan itu menimbulkan beberapa masalah sendiri, seperti rekrutmen militan dari seluruh daerah.
Para analis mengatakan keamanan jangka panjang apapun harus didasarkan pada dialog politik dan pembangunan ekonomi, keduanya adalah dua hal pokok yang tidak terdapat di Mesir yang tegang dan kacau.
Situasi di daerah strategis yang membentang dari Terusan Suez ke perbatasan Israel dan Gaza ini sudah bertahun-tahun menyedihkan, terkebelakang, terbuka bagi kelompok penjahat, dan belakangan ini – senjata dari Libya.
Lepas dari menimpakan semua kesalahan pada Morsi, keamanan di Sinai sebenarnya juga merupakan tanggungjawab Menteri Pertahanan Jendral Abdel Fatah el Sissi – pemimpin Mesir secara de facto. Dengan prinsip “memerangi teror” – kebijakan telah berubah, dan Ikhwanul Muslimin pimpinan Mohammed Morsi serta militan jihad Islam telah menjadi satu. Peneliti senior di International Institute for Strategic Studies Emile Hokayem mengatakan, “Tentara – dalam upaya menegaskan diri sebagai pelindung negara, yang peduli tentang kepentingan utama yang diabaikan Morsi – seharusnya dapat berbuat lebih baik di Sinai.”
Stasiun-stasiun televisi menayang-ulang gambar-gambar tentara Mesir menutup beberapa terowongan gelap di Gaza, mengamankan daerah-daerah di dekat perbatasan dan menyerang posisi-posisi Jihadis. Sulit mengetahui seberapa mulus operasi ini berjalan. Seorang di antara sedikit wartawan yang ada disana – Ahmed Abu Deraa – menyangkal klaim sukses yang dikatakan pemerintah. Ia kini diadili dengan tuduhan menulis laporan palsu.
Tetapi salah satu faktor terkait pengamanan yang dilakukan tentara adalah hubungan dengan Israel, yang para pemimpinnya khawatir tentang Morsi.
Sementara terkait Terusan Suez, Mesir juga didukung masyarakat internasional untuk mengamankan terusan itu. Meskipun baru-baru ini ada laporan tentang serangan yang gagal terhadap jalur pelayaran itu, jenderal purnawirawan Al Yazal berpendapat terusan itu aman.
Tetapi operasi keamanan itu menimbulkan beberapa masalah sendiri, seperti rekrutmen militan dari seluruh daerah.
Para analis mengatakan keamanan jangka panjang apapun harus didasarkan pada dialog politik dan pembangunan ekonomi, keduanya adalah dua hal pokok yang tidak terdapat di Mesir yang tegang dan kacau.