Sembilan militan Islam, termasuk tiga tersangka aksi pengeboman massal misa Katolik di Filipina selatan, tewas dalam bentrokan dengan tentara, kata militer pada Sabtu (27/1).
Tentara terlibat baku tembak dengan sekitar 15 tersangka Dawlah Islamiyah yang bersembunyi di sebuah peternakan di pegunungan dekat kota terpencil Piagapo di selatan pada Kamis (26/1), kata komandan unit militer.
Baku tembak tersebut menyebabkan sembilan pria bersenjata tewas dan empat tentara terluka, termasuk dua orang yang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan luka "serius", kata komandan brigade tentara Brigadir Jenderal Yegor Rey Barroquillo kepada AFP.
Ia menyatakan bahwa tiga dari enam orang yang diduga terlibat dalam pengeboman misa Katolik di sebuah sekolah di Marawi pada bulan lalu, termasuk di antara yang tewas dalam baku tembak pada Kamis (26/1).
BACA JUGA: Filipina Identifikasi Tersangka Pelaku Pengeboman pada Misa Minggu“Dari sembilan orang tersebut, tiga orang terlibat langsung dalam insiden pengeboman MSU,” kata Barroquillo. MSU adalah Mindanao State University, tempat terjadinya ledakan pada 4 Desember yang menewaskan empat orang dan menyebabkan puluhan cedera.
Barroquillo mengatakan tiga tersangka pengeboman lainnya masih buron, termasuk otak pelaku pengeboman itu, seorang mantan mahasiswa di universitas yang menggunakan nama samaran "Insinyur".
Army Scout Rangers atau pasukan pengintai Angkatan Darat, yang terlatih dalam pertempuran di hutan, merayap mendekati sekelompok rumah petani di pegunungan tempat para tersangka berlindung untuk menghindari perburuan pasca pengeboman.
BACA JUGA: Tiga Orang Tewas dalam Ledakan saat Misa di Gimnasium Universitas di Filipina“Enam (pria bersenjata) berhasil melarikan diri dan menurut pengamatan kami, “insinyur” termasuk di antara mereka,” kata Barroquillo.
Serangan militan terhadap bus, gereja Katolik dan menjadi ciri kerusuhan yang sering terjadi sejak beberapa dekade silam di wilayah Filipina selatan.
Manila menandatangani pakta perdamaian dengan kelompok pemberontak terbesar di negara itu, Front Pembebasan Islam Moro, pada 2014. Pakta itu mengakhiri pemberontakan bersenjata mereka.
Namun masih ada kelompok kecil kombatan Muslim yang menentang perjanjian perdamaian, termasuk militan yang mengaku setia kepada ISIS. [ah/ft]