Militer Suriah Rebut Kembali Pintu Perbatasan Golan

Seorang tentara Israel mengamati mobil pasukan penjaga perdamaian PBB di perbatasan Quneitra antara Israel dan Suriah di Dataran Tinggi Golan (foto: dok).

Pasukan Suriah berhasil merebut kembali kontrol atas pintu perbatasan Suriah dengan Israel di Dataran Golan yang dijaga PBB, setelah sebelumnya sempat dikuasai pemberontak, Kamis (6/6).
Pasukan pemerintah Suriah telah merebut kembali pintu perbatasan Suriah dengan Israel di Dataran Golan yang dijaga PBB, hanya beberapa jam setelah muncul berbagai laporan yang mengisyaratkan pemberontak Suriah sempat sebentar merebut kawasan tersebut.

Beberapa jam setelah pemberontak merebut pintu perbatasan Quneitra, Kamis, sumber-sumber keamanan Israel menyatakan militer Suriah telah merebutnya kembali.

Pintu yang jarang digunakan itu merupakan satu-satunya jalan antara wilayah-wilayah yang dikuasai Suriah dan Israel, di kawasan pemisah yang diawasi PBB. Para saksi mata melaporkan bentrokan hebat di sisi perbatasan Suriah dan menyatakan fasilitas-fasilitas di sana rusak berat.

Sebelumnya diberitakan, pemberontak sempat merebut pintu perbatasan Quneitra, Kamis (6/6), setelah bentrok dengan pasukan Suriah.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Austria mengatakan pasukan penjaga perdamaian PBB telah mundur dari daerah penyeberangan itu dan tidak ada di antara mereka yang terluka.

Pasukan PBB telah berpatroli di zona gencatan senjata antara Israel dan wilayah Suriah yang dikuasai di Dataran Tinggi Golan selama beberapa dekade.

Bulan lalu, sebuah kelompok pemberontak Suriah menahan empat dari pasukan penjaga perdamaian selama beberapa hari sebelum melepaskan mereka.

Sementara itu, Amerika Serikat menyerukan Iran dan militan Hizbullah Lebanon untuk menarik para pejuang mereka dari Suriah, dan mengatakan tentara Suriah mengandalkan kedua dalam serangan untuk merebut kembali kota Qusair.

Pasukan pro-Suriah menguasai Qusair pada Rabu setelah hampir tiga minggu serangan untuk mengusir para pemberontak, yang telah menguasai kota selama lebih dari setahun.

Gedung Putih mengutuk serangan itu, mengatakan "jelas" pasukan Assad tidak bisa mengambil Qusair sendiri. Ia juga mengatakan kedua belah pihak harus memberikan akses bagi organisasi kemanusiaan untuk mengevakuasi dan mengobati yang terluka di kota tersebut.

Abu Rami, seorang aktivis oposisi, mengatakan kepada VOA lebih dari 1.000 mayat warga sipil dan pemberontak yang tewas harus segera dievakuasi dari Qusair. Dia mengatakan 20.000 orang terjebak di kota, dan menuduh pasukan Suriah menggunakan kekuatan udara, mortir dan serangan roket terhadap warga sipil.

Qusair merupakan jalan raya utama yang menghubungkan ibukota Suriah, Damaskus, ke pantai Mediterania, dan dekat dengan rute penyelundupan pemberontak di sepanjang perbatasan Lebanon.

Setelah mengambil alih kekuasaan di Qusair, tentara Suriah berjanji untuk "menghancurkan" pemberontak, mengatakan perkembangan terbaru tersebut membawa "pesan jelas" kepada semua orang yang menentang Suriah. George Sabra, kepala oposisi Suriah Koalisi Nasional utama, bersumpah untuk melanjutkan perjuangan untuk menggulingkan Presiden Assad.