Minyak Kedelai Hasil Rekayasa Genetik Mulai Dipakai di Restoran AS

  • Associated Press

Restoran Sylvia di New York, menggoreng ayam goreng dengan minyak kedelai, 29 September 2006. (Foto: AP/dok)

Di suatu tempat di Midwest, sebuah restoran sudah mulai memakai minyak goreng hasil dari kacang kedelai yang telah direkayasa secara genetika, kantor berita Associated Press melaporkan.

Menurut perusahaan yang memproduksinya, Calyxt, ini adalah penggunaan komersial pertama bahan makanan yang sudah mengalami rekayasa genetika di direkayasa, di Amerika Serikat.

Calyxt menolak mengungkap identitas pelanggan pertamanya karena alasan kompetisi bisnis, tetapi CEO Jim Blome mengatakan minyak itu “sedang digunakan dan telah dikonsumsi.”

Perusahaan yang berbasis di Minnesota itu berharap berita ini akan mendorong minat industri makanan pada minyak yang dipercaya tidak memiliki lemak trans dan bertahan lebih lama daripada minyak kedelai lainnya. Meskipun masih harus melihat permintaan, tetapi transisi minyak goreng jenis itu ke pasokan makanan menandakan potensi modifikasi gen untuk mengubahnya tanpa kontroversi GMO konvensional atau organisme yang dimodifikasi secara genetik.

BACA JUGA: Periset AS Tambah Nilai Gizi Jagung Hasil Rekayasa Genetika

Beberapa tanaman lain yang sedang diteliti kemungkinan untuk rekayasa gen, antara lain jamur yang tidak bisa berubah menjadi berwarna cokelat, gandum dengan lebih banyak serat, produksi tomat yang lebih baik, kanola yang tahan herbisida, dan padi yang tidak menyerap polusi tanah saat tumbuh.

Tidak seperti GMO konvensional yang dibuat dengan menyuntikkan DNA dari organisme lain, rekayasa gen memungkinkan para ilmuwan mengubah sifat-sifat tanaman yang ada dengan memotong atau menambahkan gen spesifik di laboratorium. Beberapa perusahaan rintisan, termasuk Calyxt mengatakan tanaman mereka tidak memenuhi syarat sebagai GMO karena apa yang mereka lakukan secara teoritis dapat dicapai dengan kawin silang tradisional.

Sejauh ini, pemerintah AS telah menyetujui dan mengatakan beberapa tanaman yang direkayasa gennya tidak memerlukan pengawasan khusus selama pengembangannya. Sebagian perusahaan melihat hal ini sebagai kesempatan yang potensial.

“Mereka merasa terdorong dengan adanya keputusan pemerintah terkait hal ini,” kata Greg Jaffe dari Pusat Sains untuk Kepentingan Umum (CSPI), sebuah organisasi advokasi pengawas kesehatan.

Tetapi mengingat ada banyak cara untuk menggunakan rekayasa gen, Jaydee Hanson dari Pusat Keamanan Pangan mengatakan bahwa pemerintah seharusnya mempertimbangkan implikasi potensial dari setiap tanaman baru. Hanson merujuk pada contoh produk yang direkayasa gennya agar tidak berwarna cokelat.

“Produk itu dirancang supaya tahan lama. Apakah ada masalah dengan itu?” katanya.

Sebagian besar jagung dan kedelai yang ditanam di AS adalah GMO yang tahan herbisida. Minggu lalu, pemerintah membersihkan hambatan supaya salmon yang dimodifikasi secara genetis untuk tumbuh lebih cepat. Ikan itu adalah hewan hasil rekayasa genetika pertama yang disetujui untuk dikonsumsi manusia di AS.

Meskipun pemerintah mengatakan bahwa organisme yang dimodifikasi itu aman, kekhawatiran akan kesehatan dan lingkungan tetap ada, dan perusahaan harus segera mengungkapkan kapan produk mereka menggunakan bahan-bahan “rekayasa hayati”.

Calyxt mengatakan bahwa minyaknya tidak memenuhi syarat sebagai GMO. Minyak ini dibuat dari kacang kedelai dengan dua gen yang tidak aktif untuk menghasilkan lebih banyak lemak yang menyehatkan jantung dan tidak ada lemak trans di dalamnya. Perusahaan mengatakan minyak itu juga tahan disimpan lebih lama, yang dapat mengurangi biaya bagi para pembuat makanan atau setidaknya menghasilkan produk yang tahan lama.

Minyak kedelai terdampak ketika pemerintah melarang minyak goreng yang mengandung lemak trans. Minyak kedelai bebas lemak trans lainnya sudah tersedia bertahun-tahun kemudian sejak saat itu. Tapi industri minyak goreng masih mengalami kesulitan untuk meraih kembali para pelanggan yang telah berpindah menggunakan minyak lain, kata John Motter, mantan ketua United Soybean Board.

BACA JUGA: Ilmuwan Semakin Dekat dalam Usaha Ciptakan 'Kehidupan Buatan'

Calyxt mengatakan pelanggan pertamanya adalah perusahaan di Midwest yang mengoperasikan restoran dan layanan makanan pada banyak lokasi, seperti kafetaria di perkantoran. Minyak ini digunakan dalam campuran saus salad, saus dan untuk menggoreng, tapi pelanggannya tidak menginformasikan manfaat minyak itu kepada para pembeli.

Calyxt menggunakan tanaman rekayasa genetik yang memiliki kemungkinan lebih cepat untuk dikembangkan daripada GMO konvensional, yang harus lebih dulu dipelajari pemerintah. Tetapi Tom Adams, CEO perusahaan bioteknologi Pairwise, mengatakan pengawasan terhadap bahan makanan yang direkayasa secara genetika dapat menjadi lebih ketat jika ada perubahan sikap dari publik.

“Anda seharusnya jangan berpikir bahwa peraturannya telah mapan,” kata Adams. Pairwise bekerja sama dengan Monsanto-parent Bayer dalam mengembangkan bahan pangan dengan rekayasa gen.

Pandangan terhadap rekayasa gen pun bervariasi. Dewan Standar Organik Nasional mengatakan makanan hasil rekayasa gen tidak dapat dikualifikasikan sebagai makanan organik. Tahun lalu, pengadilan tinggi Eropa menyatakan makanan hasil rekayasa gen harus mengikuti aturan yang sama dengan GMO konvensional. [er/ft]