Kemarahan internasional atas invasi Rusia ke Ukraina meningkat pada Kamis (17/3) ketika pejabat Amerika Serikat (AS) dan Ukraina mengatakan warga sipil yang mengantre untuk roti dan berlindung di teater telah dibunuh oleh pasukan Rusia.
Presiden AS Joe Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang dalam komentar yang menurut Kremlin "tidak dapat dimaafkan" karena bersikeras bahwa perang di Ukraina "akan direncanakan" di tengah pembicaraan kompromi pada pembicaraan damai.
Moskow belum berhasil merebut salah satu kota terbesar Ukraina meskipun serangan Rusia tersebut adalah serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Lebih dari 3 juta orang Ukraina telah melarikan diri dan ribuan orang tewas saat perang memasuki minggu keempat.
Di Ibu Kota Kyiv, sedikitnya satu orang tewas dan tiga lainnya luka-luka ketika sebuah bangunan perumahan dihantam oleh layanan darurat rudal Rusia yang jatuh, Kamis (17/3).
Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan pada Rabu (16/3) bahwa pasukan Rusia menjatuhkan bom berkekuatan besar di sebuah teater di kota pelabuhan Mariupol selatan yang terkepung. Serangan tersebut menyebabkan banyak warga sipil terjebak dan jumlah korban yang jatuh belum diketahui. Reuters tidak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen.
Maxar Technologies, sebuah perusahaan swasta AS, mendistribusikan citra satelit yang pada 14 Maret dan menunjukkan kata "anak-anak" dalam tulisan besar Rusia yang dilukis di tanah di luar gedung beratap merah.
BACA JUGA: Putin: Operasi Militer di Ukraina Berjalan BaikTeater itu telah menampung setidaknya 500 warga sipil, menurut Human Rights Watch.
"Ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang apa yang menjadi target (Rusia) yang mana target tersebut adalah kota di mana para warga sipil telah dikepung selama berhari-hari dan telekomunikasi, listrik, air, dan pemanas hampir sepenuhnya terputus," kata Belkis Wille dari kelompok hak asasi itu.
Moskow membantah menargetkan warga sipil dan Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya tidak menyerang gedung itu, kata kantor berita RIA.
Tiga belas bus yang membawa sekitar 300 pengungsi dari Mariupol telah tiba di wilayah Rostov Rusia, kantor berita Rusia Interfax mengutip kementerian pertahanan Rusia mengatakan pada Kamis (17/3).
Kedutaan Besar AS di Kyiv mengatakan pasukan Rusia telah menembak mati 10 orang yang mengantre untuk mendapatkan roti di Chernihiv, timur laut Kyiv. Rusia membantah serangan itu dan mengatakan insiden tersebut sebagai sebuah kebohongan.
Status Netral
Pengadilan tinggi PBB untuk perselisihan antar negara memerintahkan Rusia pada Rabu (16/3) untuk segera menghentikan operasi militernya di Ukraina. Pengadilan mengatakan pihaknya "sangat prihatin" dengan penggunaan kekuatan Moskow.
Angkatan bersenjata Ukraina sedang melakukan serangan balasan skala kecil di beberapa garda depan dan pasukan Rusia belum berhasil menguasai wilayah itu karena kekurangan sumber daya, kata penasihat Presiden Ukraina Oleksiy Arestovych pada Rabu (16/3).
Ada tanda-tanda kompromi dan kemajuan pada pembicaraan yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Kremlin mengatakan para perunding sedang mendiskusikan status Ukraina yang serupa dengan Austria atau Swedia, keduanya anggota Uni Eropa yang berada di luar aliansi militer NATO.
"Status netral sekarang sedang dibahas secara serius, tentu saja, dengan jaminan keamanan," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. "Ada formulasi yang benar-benar spesifik yang menurut saya mendekati kesepakatan."
Vladimir Medinsky, kepala negosiator Rusia, mengatakan kepada TV pemerintah: "Ukraina menawarkan versi Austria atau Swedia dari negara demiliterisasi netral, tetapi pada saat yang sama menjadi sebuah negara dengan tentara dan angkatan lautnya sendiri."
Austria dan Swedia, yang terbesar dari enam anggota Uni Eropa di luar NATO, memiliki pasukan militer kecil yang bekerja sama dengan aliansi tersebut.
Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan Ukraina dapat menerima jaminan keamanan internasional yang menghentikan tujuan jangka panjangnya untuk bergabung dengan NATO. Prospek itu telah menjadi salah satu perhatian utama Rusia.
"Prioritas saya selama negosiasi sangat jelas: perang berakhir, jaminan keamanan, kedaulatan, pemulihan integritas teritorial, jaminan nyata bagi negara kami, perlindungan nyata bagi negara kami," kata Zelenskyy dalam pidato video yang dirilis Kamis (17/3) pagi. [ah/rs]