Israel menyebut serangan dahsyat Hamas pada pekan lalu sebagai momen 9/11 bagi negaranya. Dalang rahasia di balik serangan itu, militan Palestina Mohammed Deif menyebutnya sebagai Banjir Al Aqsa. Hal tersebut diungkapkan Deif dalam rekaman audio yang disiarkan Hamas pada saat menembakkan ribuan roket ke luar jalur Gaza pada Sabtu (7/10).
Ungkapan orang paling dicari Israel itu mengisyaratkan bahwa serangan yang dilancarkan hamas tersebut adalah aksi balasan atas serangan Israel di Masjid Al Aqsa di Yerusalem pada dua tahun yang lalu.
Sedikit mundur ke belakang. Pada Mei 2021 ketika umat Muslim sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadan, pasukan Israel justru merangsek dan menyerang situs paling suci ketiga Islam, Masjid Al Aqsa. Aksi berdarah tersebut membuat murka dunia Arab dan warga Muslim. Insiden itu menjadi titik balik bagi Deif untuk mulai merencanakan operasi yang pada akhirnya merenggut 1.200 nyawa di Israel pada akhir pekan lalu, menurut sumber yang dekat dengan Hamas di Gaza.
“Hal (serangan) itu dipicu oleh adegan dan rekaman Israel yang menyerbu Masjid Al Aqsa selama bulan Ramadhan, memukuli jamaah, menyerang mereka, menyeret orang tua dan pemuda keluar dari masjid,” kata sumber tersebut. "Semua ini memicu dan menyulut kemarahan."
Penyerbuan kompleks masjid tersebut, yang telah lama menjadi titik kekerasan terkait masalah kedaulatan dan agama di Yerusalem, turut memicu pertempuran selama 11 hari antara Israel dan Hamas.
Lebih dari dua tahun kemudian, serangan yang digencarkan pada Sabtu (7/10) menjadi pelanggaran terburuk dalam pertahanan Israel sejak konflik Arab-Israel meletus pada 1973. Serangan tersebut mendorong Israel untuk mendeklarasikan perang dan melancarkan serangan balasan ke Gaza yang menewaskan lebih dari 800 orang pada Selasa (10/10).
Deif tercatat selamat dari tujuh upaya pembunuhan yang dilakukan Israel, dan yang terbaru terjadi pada 2021. Ia merupakan sosok yang jarang berbicara dan tidak pernah tampil di depan umum. Jadi ketika saluran TV Hamas mengumumkan bahwa dia akan berpidato pada Sabtu (7/10), warga Palestina tahu bahwa sesuatu yang penting sedang terjadi.
“Hari ini amukan Al Aqsa, amukan umat dan bangsa kita meledak. Mujahidin (pejuang) kita, hari ini adalah hari kalian untuk membuat penjahat ini memahami bahwa waktunya sudah selesai,” kata Deif dalam rekaman tersebut.
Hanya ada tiga ciri yang menggambarkan sosok Deif: satu berusia 20-an, satu lagi bertopeng, dan gambar bayangannya, yang digunakan saat rekaman audio disiarkan.
Keberadaan pasti Deif saat ini tidak diketahui. Namun ia ditengarai berada di terowongan bawah daerah Gaza. Sumber keamanan Israel mengatakan Deif terlibat langsung dalam aspek perencanaan dan operasional serangan tersebut.
Dua Otak, Satu Dalang
Sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan, keputusan untuk mempersiapkan serangan ke Israel diambil oleh Deif, yang memimpin Brigade Al Qassam Hamas, bersama dengan Yehya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza. Namun jelas siapa yang menjadi arsitek utamanya.
“Ada dua otak, tapi ada satu dalang,” kata sumber tersebut, seraya menambahkan bahwa informasi mengenai operasi tersebut hanya diketahui segelintir pemimpin Hamas.
BACA JUGA: Sejarah Konflik Israel-Palestina selama 100 Tahun LebihRahasia terkait serangan tersebut sangat tertutup rapat sehingga Iran, sekutu Hamas yang juga merupakan musuh bebuyutan Israel, juga tidak mengetahui secara detil. Teheran merupakan sumber penting bagi pendanaan, pelatihan, dan persenjataan kelompok Hamas. Iran hanya mengetahui secara garis besar bahwa gerakan tersebut sedang merencanakan operasi besar, meski tidak diketahui waktu dan detilnya, menurut sumber regional.
Sumber tersebut mengatakan bahwa meskipun Teheran mengetahui bahwa operasi besar sedang dipersiapkan, hal itu tidak dibahas dalam ruang operasi gabungan yang melibatkan Hamas, pemimpin Palestina, militan Lebanon Hizbullah yang didukung Iran, dan Iran.
"Lingkupnya sangat terbatas," kata sumber itu.
Otoritas tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan pada Selasa (10/10) bahwa Teheran tidak terlibat dalam serangan terhadap Israel itu. Washington mengatakan meskipun Iran terlibat, mereka tidak memiliki informasi intelijen atau bukti yang menunjukkan keterlibatan Teheran dalam serangan tersebut.
Rencana yang disusun oleh Deif melibatkan upaya penipuan yang berkepanjangan. Israel dibuat percaya bahwa Hamas tidak tertarik untuk memulai konflik dan malah berfokus pada pembangunan ekonomi di Gaza, di mana gerakan tersebut adalah kekuatan yang mengaturnya.
Namun, pada saat Israel mulai memberikan insentif ekonomi kepada pekerja Gaza, para pejuang kelompok tersebut sedang dilatih dan dipersiapkan, seringkali dengan terang-terangan di depan militer Israel, kata sumber yang dekat dengan Hamas.
“Kami telah mempersiapkan pertempuran ini selama dua tahun,” kata Ali Baraka, Kepala Hubungan Eksternal Hamas.
Berbicara dengan suara tenang, Deif mengatakan dalam rekamannya bahwa Hamas telah berulang kali memperingatkan Israel untuk menghentikan kejahatannya terhadap warga Palestina. Hamas juga meminta Tel Aviv untuk membebaskan tahanan, yang menurut Deif dianiaya dan disiksa, dan Israel juga diminta menghentikan perampasan tanah Palestina.
BACA JUGA: Israel Bertekad Hancurkan Kemampuan Militer Hamas“Setiap hari pendudukan menyerbu desa-desa, kota-kota besar dan kecil di Tepi Barat dan menyerbu rumah-rumah, membunuh, melukai, menghancurkan dan menahan. Pada saat yang sama, mereka menyita ribuan hektare tanah kami, mengusir orang-orang kami dari rumah mereka untuk membangun permukiman di saat pengepungan kriminalnya terus berlanjut di Gaza,” tukasnya.
Dalam Bayang-Bayang
Selama lebih dari setahun, kekacauan kerap menghampiri Tepi Barat, wilayah dengan panjang sekitar 100 km dan lebar 50 km yang menjadi pusat konflik Israel-Palestina sejak wilayah tersebut direbut Israel pada 1967.
Deif mengatakan Hamas telah mendesak masyarakat internasional untuk mengakhiri “kejahatan pendudukan.” Namun Israel justru meningkatkan provokasinya. Dia juga mengatakan Hamas di masa lalu meminta Israel membuat kesepakatan kemanusiaan untuk membebaskan tahanan Palestina, tetapi permintaan itu ditolak.
“Mengingat pesta pora pendudukan dan penolakan mereka terhadap hukum dan resolusi internasional, dan mengingat dukungan Amerika dan Barat serta sikap diam internasional, kami memutuskan untuk mengakhiri semua ini,” katanya.
Lahir sebagai Mohammad Masri pada 1965 di Kamp Pengungsi Khan Yunis yang didirikan setelah Perang Arab-Israel 1948, pemimpin militan tersebut dikenal sebagai Mohammed Deif. Panggilan itu melekat padanya setelah ia bergabung dengan Hamas selama Intifada pertama, atau pemberontakan Palestina, yang dimulai pada 1987.
Dia ditangkap Israel pada 1989 dan menghabiskan sekitar 16 bulan di balik jeruji, kata sumber Hamas.
Deif memperoleh gelar di bidang sains dari Universitas Islam di Gaza, tempat ia belajar fisika, kimia, dan biologi. Dia menunjukkan ketertarikannya pada bidang seni, ia kerap memimpin komite hiburan universitas dan tampil di panggung komedi.
‘Karir militer’ Deif di Hamas moncer. Naik pangkat di Hamas, Deif mengembangkan jaringan terowongan kelompok tersebut dan meningkatkan keahliannya dalam merakit bom. Ia menduduki nomor puncak dalam daftar paling dicari Israel selama beberapa dekade. Deif dianggap bertanggung jawab secara pribadi atas kematian puluhan warga Israel dalam serangan bom bunuh diri.
BACA JUGA: Penasehat Keamanan Nasional AS: Intelijen Tidak Melihat Tanda-tanda akan Adanya Serangan Hamas ke IsraelBagi Deif, tetap berada dalam bayang-bayang adalah masalah hidup atau mati. Sumber Hamas mengatakan dia kehilangan salah satu matanya dan menderita luka serius di salah satu kakinya dalam salah satu upaya pembunuhan Israel.
Istrinya, putranya yang berusia 7 bulan, dan putrinya yang berusia 3 tahun tewas akibat serangan udara Israel pada 2014.
Kelangsungan hidupnya saat memimpin sayap bersenjata Hamas membuatnya mendapatkan status pahlawan rakyat Palestina. Dalam video dia bertopeng, atau hanya bayangan dirinya yang terlihat. Dia tidak menggunakan teknologi digital modern seperti ponsel pintar, kata sumber yang dekat dengan Hamas.
“Dia sulit dipahami. Dia adalah pria dalam bayang-bayang.” [ah/rs]