Banyaknya mahasiswa asal Tiongkok yang kuliah di Amerika Serikat menjadikan mereka komoditas bisnis pendidikan.
Tiongkok adalah sumber mahasiswa yang sangat penting bagi pendidikan di Amerika. Dan uang yang dibawa mereka telah melahirkan industri yang ingin menarik lebih banyak mahasiswa lagi.
Sampai tahun lalu, laporang dari Lembaga Pendidikan Internasional menunjukkan bahwa lebih dari 723.000 mahasiswa internasional belajar di perguruan tinggi AS. Satu dari lima orang para mahasiwa tersebut datang dari Tiongkok, paling banyak dibandingkan negara manapun.
Dan jumlah mereka terus naik. Pada 2011, 157.558 mahasiswa Tiongkok kuliah di Amerika Serikat, atau naik 23,5 persen dari tahun sebelumnya. Itu sebabnya banyak perguruan tinggi yang sibuk mencoba mengidentifikasi keluarga-keluarga dari Tiongkok yang mampu mengirim anak-anak mereka untuk kuliah di AS.
Namun karena banyak dari keluarga yang ingin anak-anak mereka mulai lebih awal, ratusan sekolah swasta yang menyediakan layanan penempatan akademis saling berkompetisi satu sama lain. Mereka bahkan menyediakan paket-paket dengan tempat tinggal untuk seluruh kelaurga, dan memasukkan anak-anak mereka ke SMU atau dalam beberapa kasus, SMP.
Salah satu perusahaan tersebut adalah Astar Education Institute yang berlokasi di Washington DC. Model usaha yang dijalankannya berhasil dengan baik.
“Biayanya sangat mahal. Semua murid kami dan keluarga mereka datang dari kelas sosioekonomi atas di Tiongkok,” ujar asisten direktur sekolah tersebut, Dr. Candice Quinn.
Meski menolak memberitahu berapa biaya yang diminta Astar untuk layanannya, Quinn mengatakan bahwa semua murid harus memperlihatkan bukti finansial yang menunjukkan mereka mampu membiayai hidup mereka selama tinggal di AS, supaya mereka mendapatkan visa.
“Mereka harus memiliki antara US$70.000 dan $150.000 di rekening bank mereka,” kata Quinn.
Quinn menambahkan bahwa keluarga-keluarga para murid asal Tiongkok tersebut harus membayar biasa sekolah sekaligus biaya untuk keluarga lokal tempat murid tersebut tinggal selama di AS. Kecuali jika mereka ingin masuk asrama.
Apa yang didapat para murid dan keluarganya dengan jumlah uang sebanyak itu?
“Tugas utama kami adalah menempatkan murid internasional di sekolah-sekolah di AS,” ujar Quinn. Astar merekrut banyak murid dari Tiongkok lewat kantor mereka di Shanghai, dan memekerjakan agen-agen dengan spesialisasi layanan tersebut di Tiongkok.
Aspek lain dari usaha tersebut adalah membantu murid-murid tersebut yang keterampilan bahasanya kurang untuk masuk sekolah Amerika. Murid-murid tersebut akan menghabiskan tiga sampai enam bulan untuk mencapai tingkat kemampuan bahasa supaya dapat lulus tes ke sekolah di Amerika, kata Quinn.
Meski banyak murid yang direkrut Astar ditempatkan di SMU di AS, itu bukan tujuan utama mereka.
“Niat para orangtua adalah supaya anak-anak mereka diterima di universitas-universitas di Amerika,” ujar Quinn.
Dan bukan sembarang universitas tentunya. “Para orangtua ingin anak-anak mereka masuk 100 universitas terbaik,” tambahnya. (Ira Mellman)
Sampai tahun lalu, laporang dari Lembaga Pendidikan Internasional menunjukkan bahwa lebih dari 723.000 mahasiswa internasional belajar di perguruan tinggi AS. Satu dari lima orang para mahasiwa tersebut datang dari Tiongkok, paling banyak dibandingkan negara manapun.
Dan jumlah mereka terus naik. Pada 2011, 157.558 mahasiswa Tiongkok kuliah di Amerika Serikat, atau naik 23,5 persen dari tahun sebelumnya. Itu sebabnya banyak perguruan tinggi yang sibuk mencoba mengidentifikasi keluarga-keluarga dari Tiongkok yang mampu mengirim anak-anak mereka untuk kuliah di AS.
Namun karena banyak dari keluarga yang ingin anak-anak mereka mulai lebih awal, ratusan sekolah swasta yang menyediakan layanan penempatan akademis saling berkompetisi satu sama lain. Mereka bahkan menyediakan paket-paket dengan tempat tinggal untuk seluruh kelaurga, dan memasukkan anak-anak mereka ke SMU atau dalam beberapa kasus, SMP.
Salah satu perusahaan tersebut adalah Astar Education Institute yang berlokasi di Washington DC. Model usaha yang dijalankannya berhasil dengan baik.
“Biayanya sangat mahal. Semua murid kami dan keluarga mereka datang dari kelas sosioekonomi atas di Tiongkok,” ujar asisten direktur sekolah tersebut, Dr. Candice Quinn.
Meski menolak memberitahu berapa biaya yang diminta Astar untuk layanannya, Quinn mengatakan bahwa semua murid harus memperlihatkan bukti finansial yang menunjukkan mereka mampu membiayai hidup mereka selama tinggal di AS, supaya mereka mendapatkan visa.
“Mereka harus memiliki antara US$70.000 dan $150.000 di rekening bank mereka,” kata Quinn.
Quinn menambahkan bahwa keluarga-keluarga para murid asal Tiongkok tersebut harus membayar biasa sekolah sekaligus biaya untuk keluarga lokal tempat murid tersebut tinggal selama di AS. Kecuali jika mereka ingin masuk asrama.
Apa yang didapat para murid dan keluarganya dengan jumlah uang sebanyak itu?
“Tugas utama kami adalah menempatkan murid internasional di sekolah-sekolah di AS,” ujar Quinn. Astar merekrut banyak murid dari Tiongkok lewat kantor mereka di Shanghai, dan memekerjakan agen-agen dengan spesialisasi layanan tersebut di Tiongkok.
Aspek lain dari usaha tersebut adalah membantu murid-murid tersebut yang keterampilan bahasanya kurang untuk masuk sekolah Amerika. Murid-murid tersebut akan menghabiskan tiga sampai enam bulan untuk mencapai tingkat kemampuan bahasa supaya dapat lulus tes ke sekolah di Amerika, kata Quinn.
Meski banyak murid yang direkrut Astar ditempatkan di SMU di AS, itu bukan tujuan utama mereka.
“Niat para orangtua adalah supaya anak-anak mereka diterima di universitas-universitas di Amerika,” ujar Quinn.
Dan bukan sembarang universitas tentunya. “Para orangtua ingin anak-anak mereka masuk 100 universitas terbaik,” tambahnya. (Ira Mellman)