Sebuah Museum peringatan serangan 11 September yang baru akan segera dibuka di Ground Zero, New York, di lokasi di mana dua menara kembar World Trade Center sebelumnya dihancurkan teroris.
NEW YORK —
Bagi banyak warga Amerika, kenangan buruk dari serangan teroris 11 September di New York masih sangat jelas. Gedung World Trade Center yang baru hampir selesai dibangun, 13 tahun setelah serangan teroris 11 September 2001.
Juga ada rencana membangun “Muslim Center” dengan museum dan masjid yang terletak tiga blok dari Ground Zero – atau lokasi World Trade Center yang diserang teroris sebelumnya. Meskipun lebih sederhana dari sebelumnya tetapi struktur ini tetap mengundang kontroversi.
Usul pembangunan “Muslim Center” itu meliputi bangunan tiga lantai dengan sebuah masjid kecil, pusat komunitas dan museum tentang Islam.
Imam Talib Abdul Rashid – Presiden Dewan Pemimpin Islam – mengatakan proyek itu seharusnya merefleksikan kisah Islam secara lengkap.
“Islam adalah salah satu dari tiga tradisi (agama) Ibrahim, dan kedua – saya lebih berpihak pada yang kedua – ini merupakan sebuah diskusi dan penggambaran akurat dari sosok Muslim di Amerika pada umumnya dan New York pada khususnya,” kata Talib.
Sebelumnya pada tahun 2010, banyak warga AS memrotes rencana pembangunan pembangunan pusat komunitas dan masjid berlantai 15 di lokasi tersebut.
Para demonstran – termasuk beberapa keluarga korban yang tewas dalam serangan 11 September 2001 – mengatakan terlalu sensitif untuk membangun sebuah kompleks Islam sedemikian dekatnya dengan “Ground Zero”.
Rencana awal pembangunan pusat komunitas tersebut – yang disebut “Park 51” – akhirnya dibatalkan. Tetapi sebuah rencana baru kini juga memicu tentangan, meskipun rinciannya masih belum diumumkan.
Pamela Geller – Presiden Inisiatif Pertahanan Kebebasan Amerika mengatakan, “Jujur saja apa yang kita butuhkan adalah keterusterangan tentang doktrin jihad dan pelaku jihad. Apakah museum ini akan menunjukkan tentang perang jihad selama 1.400 tahun, pembagian tanah, pemusnahan kebudayaan dan perbudakan? Saya kira tidak! Saya kira ini akan menutupi hal itu dan saya rasa hal ini tidak tepat di “Ground Zero”. Kita harus mengetahui rencana pembangunan itu.”
Sekelompok mahasiswa dan profesor dari Kanada yang berkunjung ke New York berkesempatan memperoleh penjelasan singkat secara eksklusif dari salah seorang pengembang di lokasi itu.
Alexandra Bain – pakar ilmu agama – yakin sejarah Islam penting bagi komunitas itu dan dunia.
“Warga Muslim sudah berada di Amerika sejak jaman perbudakan. Mereka adalah sebagian dari orang-orang pertama Amerika dan mereka tetap menjadi bagian penting kebudayaan Amerika,” kata Alexandra.
Para pengembang proyek “Muslim Center” itu belum mengungkapkan seluruh rencana atau siapa yang mendanai pembangunan itu. Tetapi mereka menegaskan bahwa lokasinya akan segera diratakan dan diatasnya akan dibangun struktur bangunan yang didedikasikan untuk mengeksplorasi Islam, serta juga seni dan kebudayaannya.
Juga ada rencana membangun “Muslim Center” dengan museum dan masjid yang terletak tiga blok dari Ground Zero – atau lokasi World Trade Center yang diserang teroris sebelumnya. Meskipun lebih sederhana dari sebelumnya tetapi struktur ini tetap mengundang kontroversi.
Usul pembangunan “Muslim Center” itu meliputi bangunan tiga lantai dengan sebuah masjid kecil, pusat komunitas dan museum tentang Islam.
Imam Talib Abdul Rashid – Presiden Dewan Pemimpin Islam – mengatakan proyek itu seharusnya merefleksikan kisah Islam secara lengkap.
“Islam adalah salah satu dari tiga tradisi (agama) Ibrahim, dan kedua – saya lebih berpihak pada yang kedua – ini merupakan sebuah diskusi dan penggambaran akurat dari sosok Muslim di Amerika pada umumnya dan New York pada khususnya,” kata Talib.
Sebelumnya pada tahun 2010, banyak warga AS memrotes rencana pembangunan pembangunan pusat komunitas dan masjid berlantai 15 di lokasi tersebut.
Para demonstran – termasuk beberapa keluarga korban yang tewas dalam serangan 11 September 2001 – mengatakan terlalu sensitif untuk membangun sebuah kompleks Islam sedemikian dekatnya dengan “Ground Zero”.
Rencana awal pembangunan pusat komunitas tersebut – yang disebut “Park 51” – akhirnya dibatalkan. Tetapi sebuah rencana baru kini juga memicu tentangan, meskipun rinciannya masih belum diumumkan.
Pamela Geller – Presiden Inisiatif Pertahanan Kebebasan Amerika mengatakan, “Jujur saja apa yang kita butuhkan adalah keterusterangan tentang doktrin jihad dan pelaku jihad. Apakah museum ini akan menunjukkan tentang perang jihad selama 1.400 tahun, pembagian tanah, pemusnahan kebudayaan dan perbudakan? Saya kira tidak! Saya kira ini akan menutupi hal itu dan saya rasa hal ini tidak tepat di “Ground Zero”. Kita harus mengetahui rencana pembangunan itu.”
Sekelompok mahasiswa dan profesor dari Kanada yang berkunjung ke New York berkesempatan memperoleh penjelasan singkat secara eksklusif dari salah seorang pengembang di lokasi itu.
Alexandra Bain – pakar ilmu agama – yakin sejarah Islam penting bagi komunitas itu dan dunia.
“Warga Muslim sudah berada di Amerika sejak jaman perbudakan. Mereka adalah sebagian dari orang-orang pertama Amerika dan mereka tetap menjadi bagian penting kebudayaan Amerika,” kata Alexandra.
Para pengembang proyek “Muslim Center” itu belum mengungkapkan seluruh rencana atau siapa yang mendanai pembangunan itu. Tetapi mereka menegaskan bahwa lokasinya akan segera diratakan dan diatasnya akan dibangun struktur bangunan yang didedikasikan untuk mengeksplorasi Islam, serta juga seni dan kebudayaannya.