Muslim di Australia Khawatir Reaksi Buruk Penyanderaan

Karangan bunga di dekat lokasi penyanderaan di pusat kota Sydney (16/12). (Reuters/Jason Reed)

Banyak warga Australia menulis di media sosial untuk mengekspresikan dukungan mereka terhadap kelompok Muslim.

Pemimpin agama dan warga Australia mencari cara untuk menekan ketegangan komunal Senin (15/12), setelah penyanderaan di sebuah kafe di Sydney oleh seorang pria bersenjata yang memaksa para sandera mengibarkan bendera Islamis meningkatkan ketakutan akan reaksi buruk terhadap minoritas Muslim di negara itu.

Dalam beberapa jam setelah serangan di kafe Lindt di pusat kota, sebuah kelompok Muslim melaporkan bahwa perempuan-perempuan yang memakai jilbab diludahi dan Liga Pertahanan Australia dari sayap kanan meminta para pendukungnya untuk melakukan protes di dua masjid besar.

Protes-protes itu tidak terealisasi dan masih belum jelas apa motif utama pria bersenjata itu.

Namun di kota pelabuhan tersebut, tempat setengah dari 500.000 penduduk Muslim Australia bermukim, polisi memerintahkan seorang pria yang meneriakkan slogan-slogan anti-Islam untuk pergi dari lokasi penyanderaan.

Penyanderaan itu bertepatan dengan kekhawatiran yang meningkat di Australia mengenai bahaya yang diberikan para militan Islam, dimana badan keamanan nasional meningkatkan peringatan publik mengenai terorisme nasional ke tingkat "tinggi" pada September.

Komisioner Kepolisian negara bagian New South Wales, Andrew Scipione megnatakan, ia bekerja erat dengan kelompok-kelompok komunitas dan akan ada peningkatan kehadiran polisi di kota itu untuk "menjamin semua orang selamat."

Dewan Imam Nasional Australia, bersama dengan Grand Mufti Australia, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka "mengutuk tindakan kriminal itu."

Organisasi payung yang mencakup semua kelompok Muslim di negara itu menyerukan agar semua pihak tenang dan mengekspresikan "rasa terkejut dan ketakutan yang mendalam."

Kelompok itu menekankan bahwa bendera hitam putih, yang dipegang oleh para sandera di jendela kafe dengan tanda "Selamat Natal" di bawahnya, merupakan pernyataan keyakinan, bukan politik.

"Kami mengingatkan semua orang bahwa tulisan Bahasa Arab di bendera hitam itu bukanlah representasi pernyataan politik, namun mengukuhkan kesaksian keyakinan yang telah disalahgunakan oleh individu-individu salah arah yang tidak mewakili siapa pun selain diri mereka sendiri," menurut kelompok tersebut.

Banyak warga Australia menulis di media sosial untuk mengekspresikan dukungan mereka terhadap kelompok Muslim.

Tagar Twitter “#illridewithyou”, mengekspresikan dukungan bagi para Muslim yang merasa tidak aman naik kendaraan umum setelah aksi penyanderaan, menarik puluhan ribu pesan dari para pendukung dalam beberapa jam. (Reuters)