Muslim India Penyintas Kekerasan Hadapi Masalah Kewarganegaraan

Abdul Suban, petani, dan istrinya berpose di luar rumah mereka di Desa Nellie, distrik Morigaon, di barat daya negara bagian Assam, India, 25 Juli 2018.

Tigapuluh enam tahun setelah kehilangan orang tua, istri dan putrinya yang berusia 4 tahun dalam salah satu pembantaian sektarian terburuk di India, Abdul Suban mengatakan ia masih tetap berusaha membuktikan bahwa ia adalah warga Muslim India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.

Suban hanya seorang di antara ratusan ribu Muslim berbahasa Benggali yang digolongkan sebagai “pemilih diragukan” yang namanya tidak terdapat dalam daftar warga negara nasional (NRC) yang akan diumumkan Senin (23/7) di negara bagian Assam, India timur laut, Reuters melaporkan.

Suban bersama istri sedang duduk di rumahnya pada 1983 tatkala puluhan orang dikejar dan dibunuh oleh massa bersenjata golok yang menguber Muslim imigran. Ia selamat karena lari dan bersembunyi di hutan.

Pekerjaan menyusun daftar warga negara nasional bertambah gencar di bawah pemerintahan Partai Hindu Nasionalis (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi. Kalangan pengecam mengatakan, mengingat akan pemilihan umum 2019, kampanye BJP yang mendahulukan warga Hindu semakin keras, mendorong program-program yang memecah-belah kepada para pendukung utamanya, seperti tes kewarganegaraan di Assam itu.

Pengeroyokan terhadap pedagang sapi juga meningkat di bawah pemerintahan Modi sebab penganut Hindu menganggap sapi itu suci. BJP membantah pengeroyokan ada kaitannya dengan berkuasanya partai itu. Modi sendiri sudah dua kali berbicara secara terbuka menentang aksi terhadap Muslim pedagang sapi. [vm/al]