Natal di 5 Negara Penduduk Muslim: Meriah dari Suriah Hingga Yordania

Bagaimana perayaan Natal di negara-negara Islam?

Di sejumlah negara dengan penduduk mayoritas pemeluk agama Islam ini, Natal tidak hanya dirayakan, tetapi mendapat ucapan selamat khusus dari sang pemimpin atau tokoh negeri.

Suriah

Minggu (23/12) malam suasana Al-Azizzieh Square, Aleppo, Suriah, tampak penuh warna.

Warga berkumpul menyalakan lampu pohon Natal, yang menjulang tinggi bewarna biru.

Tidak hanya itu, mereka juga menyaksikan anak-anak berpakaian sinterklas menyanyikan berbagai lagu Natal.

Penyalaan lampu Pohon Natal di Al-Azizzieh Square, Aleppo, Suriah pada 23 Desember 2018.

Situasi ini tentu berbeda dibandingkan ketika perang saudara memanas di kota terbesar Suriah ini, pada 2012 hingga 2016 lalu. Sebanyak 31.275 warga dilaporkan tewas di Aleppo. Lebih 33.000 rumah rusak atau hancur.

Kala itu, pohon Natal hanya benderang di dalam rumah-rumah warga.

Ramainya warga semarakkan perayaan Natal di Al-Azizzieh Square.

Islam (Sunni dan Syiah) adalah agama mayoritas (sekitar 87%) yang dianut warga Suriah. Sementara Kristen dipeluk sekitar 10% warga.

Tidak hanya di Aleppo, perayaan Natal juga meriah di ibukota Suriah, Damaskus.

Warga Damaskus berpakaian ala sinterklas.

Warga yang berpakaian sinterklas berkumpul, berparade, sambil memeriahkan penyalaan lampu pohol Natal yang diklaim ‘terbesar’ di negara itu.

Kepada kantor berita AFP, sejumlah warga menyebut Natal kali ini adalah “yang paling aman” sejak 2011.

Irak

“Pemerintah Irak mengumumkan Hari Natal menjadi hari libur resmi di seluruh penjuru Irak. Selamat Natal untuk warga Kristen, seluruh warga Irak dan untuk semuanya yang merayakan Natal di seluruh dunia.”

Itulah cuitan dari akun resmi pemerintah Irak, @IraqiGovt, pada Senin (24/12), yang menandakan bahwa Natal tahun ini menjadi hari libur untuk seluruh warga Irak, tidak hanya bagi warga Kristen seperti yang terjadi selama berpuluh-puluh tahun.

Sebanyak 95% warga Irak beragama Islam – 66% Syiah dan 29% Sunni.

Sebelum invasi oleh koalisi Amerika pada 2003, sebanyak 1,4 juta warga Kristen hidup di Irak.

Namun, jumlah ini menurun drastis menjadi sekitar 300.000 orang setelah ratusan ribu lainnya pergi meninggalkan negara itu dari tahun ke tahun, karena kekerasan oleh berbagai kelompok.

Jumlah warga Kristen Irak terus berkurang, salah satunya karena gempuran ISIS.

Tahun-tahun terakhir, warga Kristen juga dipersekusi ISIS.

Mereka yang tinggal di kawasan yang dikuasai ISIS dikenakan pajak yang lebih besar, dipaksa masuk Islam, atau dibunuh.

Yordania

Natal adalah hari libur nasional di Yordania, negara yang hanya punya delapan hari libur nasional.

Warga Kristen (populasinya sekitar 4%) di negara yang 93% penduduknya beragama Islam ini bisa merayakan Natal “dengan bebas”.

Istri Raja Abdullah II, Ratu Rania, menyanyikan lagu Natal bersama anak-anak di Amman.

Di bawah kepemimpinan Raja Abdullah II, Yordania dikenal sebagai negara yang ‘toleran’ di Timur Tengah.

Meskipun berbatasan dengan wilayah-wilayah berkonflik, seperti Suriah, Israel dan Palestina, Yordania dianggap stabil, di antaranya disebut karena mempromosikan “dialog antar agama” dan menerapkan “Islam yang moderat”.

The Royal Islamic Strategic Studies Center bahkan menobatkan Raja Abdullah II sebagai tokoh muslim paling berpengaruh di dunia pada tahun 2016.

Raja Abdullah II disebut sebagai salah satu tokoh beragama Islam paling berpengaruh.

Pada 24 Desember 2018, Raja Abdullah II lewat akun twitter resminya @KingAbdullahII mencuit “Selamat Natal untuk seluruh saudara-saudari Kristen kita di Yordania dan seluruh dunia.”

Kantor berita lokal The Jordan Times, pada Selasa (18/12), juga memberitakan Raja Abdullah II bersama Presiden Palestina, Mahmoud Abbas ikut meramaikan perayaan Natal dan Tahun Baru di Al Hussein Cultural Centre, Amman, yang diselenggarakan gereja-gereja di Yordania.

Uni Emirat Arab

Puluhan ribu orang yang tinggal di Uni Emirat Arab merayakan Natal tahun ini.

Karena banyak pendatang di negara kaya minyak ini, maka berbagai gereja pun menyelenggarakan Misa Natal dalam berbagai bahasa.

Misalnya saja Katedral St. Joseph di Abu Dhabi yang melaksanakan misa dalam bahasa Korea, Arab, Polandia, Tagalog, Italia hingga Spanyol.

Semarak Natal di salah satu perumahan di Dubai.

Sementara itu, Gereja Katolik St. Mary jadi salah satu pusat perayaan Natal di Dubai. Ribuan orang berkumpul di sini, menikmati lampu-lampu warna-warni serta pohon Natal.

Anak-anak dan remaja juga berpakaian merah-merah ala sinterklas, menghibur orang-orang dengan lagu Natal.

Islam adalah agama resmi dan mayoritas di Uni Emirat Arab. Sekitar 76% warga beragama Islam. Sementara penduduk Kristen berproporsi sekitar 13%.

Dalam cuitan di akun resminya, @MohamedBinZayed, pemimpin de facto Uni Emirat Arab, Mohammed Bin Zayed Al Nahyan, mengucapkan selamat Natal.

“Dari Uni Emirat Arab, negeri yang dibangun dari semangat toleransi, cinta dan kebersamaan, kami mengucapkankan selamat Natal kepada penganut Kristen di seluruh dunia, semoga damai dan bahagia.”

Iran

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menuliskan ucapan selamat Natal di akun Twitter resminya, @JZariv.

“Semoga berkah kelahiran Yesus membawa kedamaian dan kebahagian pada kita semua di 2019.”

Warga Kristen, yang jumlahnya sekitar 300.000 orang, “dibolehkan untuk beribadah di Iran. Meski begitu, mendorong orang Islam untuk pindah agama adalah perbuatan ilegal”.

Terdapat setidaknya 600 gereja di Iran.

Media setempat sempat mencuitkan video jalan-jalan di Teheran yang diramaikan pernak-pernik Natal.

Bahkan, Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, lewat akun Twitternya @Ahmadinejad1956, menguggah video ucapan Natal.

“Yesus mencintai semua orang dan ingin kita melakukan hal yang sama,” cuit Ahmadinejad. (rh)