NATO: Membela Ukraina adalah Mempertahankan Demokrasi

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg berbicara dalam sesi parlementer NATO di Madrid pada 21 November 2022. (Foto: AFP/Oscar Del Pozo)

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta anggota NATO meningkatkan dukungan militer ke Ukraina. Hal tersebut, kata Stoltenberg, untuk memastikan hasil terbaik bagi negara itu sebagai "negara yang berdaulat, independen, dan demokratis di Eropa."

“Kita perlu menyadari bahwa perang ini kemungkinan besar akan berakhir pada tahap tertentu – di meja perundingan. Tetapi kita juga tahu bahwa hasil dari negosiasi itu sepenuhnya bergantung pada kekuatan di medan perang,” kata Stoltenberg, pada Senin (21/11), dalam pertemuan Majelis Parlemen NATO di Madrid. Aliansi ini, imbuhnya, harus menginvestasikan lebih banyak uang untuk membela Ukraina.

BACA JUGA: Deklarasi Pemimpin G20: Kurang Sempurna Tanpa Kehadiran Delegasi Rusia

Ia mencatat bahwa membela Ukraina adalah mempertahankan demokrasi. “Jika kita membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin menang, kita semua harus menanggung risiko yang jauh lebih tinggi. Rezim otoriter di seluruh dunia akan belajar bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan kekerasan.”

Stoltenberg menambahkan bahwa pada akhir tahun, NATO akan mengeluarkan lebih dari $350 miliar ekstra untuk sektor pertahanan sejak 2014. NATO, katanya, harus meningkatkan infrastruktur militer di Eropa dan menuntaskan proses masuknya Finlandia dan Swedia ke dalam aliansi itu.

Stoltenberg memuji kemajuan militer Ukraina melawan Rusia. Tetapi, ia memperingatkan bahwa adalah kesalahan jika sejumlah pihak saat ini mulai meremehkan kekuatan militer Federasi Rusia.

Berbicara kepada majelis itu melalui video, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menekankan pentingnya dukungan militer dan keuangan NATO bagi Ukraina dan mendesak aliansi untuk menyambut Ukraina ke dalam Uni Eropa dan NATO. Presiden Ukraina mendesak anggota NATO untuk menjamin perlindungan fasilitas nuklir dari "sabotase Rusia."

BACA JUGA: Menhan AS Kecam China, Rusia di Forum Keamanan Internasional

Rusia dan Ukraina pada Senin saling tuding atas setidaknya selusin ledakan yang terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang telah berada di bawah kendali Rusia tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Dalam pernyataan pada Senin, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengonfirmasi bahwa tidak ada masalah keselamatan atau keamanan nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia di Ukraina. Peralatan utama tetap utuh meskipun terjadi penembakan besar-besaran di fasilitas tersebut selama akhir pekan yang menyebabkan kerusakan luas, kata pengawas atom PBB setelah para ahlinya mengunjungi lokasi tersebut. [ka/em]