Negara-negara Barat dan Uni Eropa, Jumat (15/12), mendesak Israel agar "mengambil langkah konkret untuk menghentikan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh para pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki."
Seruan itu disampaikan dalam pernyataan bersama yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Prancis.
Seruan dari Australia, Inggris, Kanada, Prancis, Uni Eropa dan sejumlah negara lainnya menyoroti “serangan dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh pemukim ekstremis” sejak awal Oktober. Sejumlah serangan itu, menurut mereka, telah merenggut delapan nyawa warga Palestina dan melukai 83 orang.
Jerman dan Amerika Serikat (AS) tidak bergabung dengan negara-negara tersebut untuk memprotes serangan para pemukim Israel.
Negara-negara yang menandatangani seruan itu menegaskan kembali bahwa kebijakan permukiman Israel "ilegal berdasarkan undang-undang internasional." Mereka mengatakan "sebagai kekuatan pendudukan, Israel harus melindungi warga sipil Palestina di Tepi Barat” dan menyeret mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan ini ke pengadilan.
BACA JUGA: Uni Eropa Serukan Perpanjangan Gencatan Senjata di GazaPernyataan pada Jumat itu dirilis beberapa hari setelah Ketua Uni Eropa Ursula von der Leyen mendukung sanksi terhadap para pemukim "ekstremis" Israel, meski tidak seluruh 27 negara anggota blok itu menyetujui.
Israel telah menduduki Tepi Barat sejak Perang Arab-Israel pada 1967. Dalam beberapa bulan terakhir, para tentara Israel telah melancarkan penggerebekan mematikan di kamp pengungsi Jenin di wilayah utara kawasan itu.
Lebih dari 280 orang Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel atau para pemukim di Tepi Barat sejak perang di Gaza pada 7 Oktober, kata para pejabat Palestina.
Pada saat yang sama, lebih dari 18.700 orang telah terbunuh dalam serangan oleh Israel terhadap Gaza, kata Kementerian Kesehatan dalam wilayah Palestina yang dikelola Hamas.
Perang tersebut dipicu oleh serangan militan Hamas di Israel selatan. Menurut para pejabat Israel, serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera, 105 di antaranya telah dibebaskan dan beberapa orang tewas.
Kebanyakan dari mereka yang terbunuh di wilayah Israel dan Palestina adalah warga sipil. [ft/ah]