Netanyahu Desak PBB Segera Pindahkan Pasukan Perdamaian dari "Zona Berbahaya”

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-79 di markas besar PBB di New York, AS, 27 September 2024. (Foto: Eduardo Munoz/REUTERS)

Netanyahu mengatakan pasukan Israel telah berulang kali meminta UNIFIL untuk mundur. Namun, permintaan itu "berulang kali ditolak," sehingga mengakibatkan mereka menjadi "perisai manusia bagi teroris Hizbullah."

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Minggu (13/10), mendesak Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres untuk memindahkan pasukan penjaga perdamaian yang ditempatkan di Lebanon selatan dari "zona berbahaya."

Netanyahu mengajukan permintaan tersebut kepada Guterres sehari setelah Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) menolak mundur dari wilayah perbatasan, meskipun lima anggotanya terluka akibat tembakan Israel dalam beberapa hari terakhir.

"Tuan Sekretaris Jenderal, pindahkan pasukan UNIFIL dari daerah berbahaya. Ini harus dilakukan sekarang juga, segera," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video yang dikeluarkan oleh kantornya. Pernyataan itu merupakan komentar pertamanya mengenai masalah tersebut.

Netanyahu, dalam rapat kabinet, mengatakan bahwa pasukan Israel telah berulang kali meminta UNIFIL untuk mundur. Namun, permintaan itu "berulang kali ditolak," menjadikan mereka "perisai manusia bagi teroris Hizbullah."

Pasukan penjaga perdamaian PBB mengibarkan bendera mereka, saat mengamati ekskavator Israel berupaya menghancurkan terowongan yang dibangun oleh Hizbullah, dekat perbatasan Lebanon-Israel selatan, Mays al-Jabal, Lebanon, 13 Desember 2019. (Foto: AP)

"Penolakan Anda untuk mengevakuasi tentara UNIFIL menjadikan mereka sandera Hizbullah. Ini membahayakan mereka, dan nyawa tentara kami," kata Netanyahu.

"Kami menyesalkan cedera yang dialami tentara UNIFIL, dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah insiden tersebut. Namun, cara yang paling sederhana dan jelas untuk memastikan keselamatan mereka adalah dengan memindahkan mereka dari zona bahaya," kata Netanyahu.

UNIFIL menolak meninggalkan posisinya di Lebanon selatan.

"Keputusan bulat telah diambil untuk tetap bertahan karena penting bagi bendera PBB terus berkibar di wilayah ini, dan agar kami dapat melapor ke Dewan Keamanan," kata juru bicara UNIFIL, Andrea Tenenti, kepada AFP dalam sebuah wawancara pada Sabtu.

BACA JUGA: Dua Prajurit TNI di UNIFIL Ditembak, Menlu RI: Israel Meneror PBB dan Masyarakat Internasional

Tenenti mengatakan Israel telah meminta UNIFIL untuk mundur dari posisi "hingga lima kilometer dari Garis Biru" yang memisahkan kedua negara, tetapi pasukan penjaga perdamaian menolak.

Keputusan tersebut mencakup keberadaan 29 pos UNIFIL di selatan Lebanon.

UNIFIL dibentuk pada 1978 untuk memantau gencatan senjata yang mengakhiri perang 33 hari antara Israel dan Hizbullah pada 2006. Pasukan perdamaian itu terdiri dari sekitar 9.500 tentara dari berbagai negara.

Empat puluh negara yang berkontribusi pada pasukan penjaga perdamaian di Lebanon mengatakan pada Sabtu bahwa mereka "mengutuk keras serangan baru-baru ini" terhadap pasukan penjaga perdamaian.

"Tindakan semacam itu harus segera dihentikan dan perlu diselidiki secara menyeluruh," ungkap pernyataan bersama yang diunggah oleh misi PBB Polandia di X dan ditandatangani oleh sejumlah negara, termasuk Indonesia, Italia, dan India sebagai kontributor utama. [ah]