Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan mempertimbangkan jeda jangka pendek dalam operasi militernya agar bantuan kemanusiaan dapat mencapai Jalur Gaza atau agar para sandera yang ditawan militan Hamas dapat bebas. Namun, ia mengesampingkan gencatan senjata umum dalam perang satu bulan Israel melawan Hamas.
Berbicara kepada ABC News, Netanyahu mengatakan ia membayangkan Israel akan “memiliki tanggung jawab keamanan secara menyeluruh” di Gaza untuk periode yang tidak ditentukan setelah mencapai targetnya menyingkirkan Hamas.
“Kalau kita tidak memiliki tanggung jawab keamanan, apa yang kita alami adalah meletusnya teror Hamas dalam skala yang tidak dapat kita bayangkan,” kata Netanyahu.
Gedung Putih pada Senin (6/11)mengatakan bahwa Presiden Joe Biden dan Netanyahu membahas dalam percakapan telepon mengenai kemungkinan jeda taktis untuk memungkinkan warga sipil meninggalkan Gaza secara aman dari daerah-daerah pertempuran yang sedang berlangsung, untuk memastikan bantuan menjangkau warga sipil yang memerlukan, dan mengenai bagaimana para sandera mungkin dapat dibebaskan.
BACA JUGA: Netanyahu: Israel akan Ambil Alih 'Tanggung Jawab Keamanan' di Gaza pasca PerangBiden menegaskan lagi dukungan kuatnya bagi Israel dalam perangnya melawan Hamas sambil menekankan pentingnya melindungi warga sipil dan mengurangi kerugian sipil selama operasi militer. Ia juga membahas situasi di Tepi Barat dan perlunya menuntut pertanggungjawaban para pemukim ekstremis atas tindakan kekerasan.
Kantor kemanusiaan PBB mengatakan 93 truk yang mengangkut bahan makanan, obat-obatan, pasokan medis dan air telah menyeberang dari Mesir ke Gaza pada Senin (6/11). Kantor itu mengatakan sejak pengiriman dimulai pada 21 Oktober, total 593 truk yang memasuki Gaza, dibandingkan dengan rata-rata 500 truk per hari yang memasuki daerah itu sebelum perang dimulai.
Konflik Israel-Hamas masuk agenda sewaktu para menteri luar negeri dari kelompok tujuh negara industri maju G7 memulai pembicaraan dua hari di Jepang.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan ia akan memberi pengarahan kepada para sejawatnya mengenai kunjungan empat hari ke Timur Tengah yang mencakup persinggahan di Israel, Tepi Barat, Yordania, Siprus, Irak dan Turki.
Berbicara kepada Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa, Blinken mengatakan hari Selasa bahwa “ini merupakan momen sangat penting bagi G7 untuk bersatu dalam menghadapi krisis ini dan berbicara seperti yang kami lakukan dengan satu suara yang jelas.”
Pada pengarahan virtual pada Senin (6/11), juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menyatakan harapan jeda kemanusiaan akan diberlakukan sesegera mungkin di Gaza.
Ia mengatakan AS akan melanjutkan dialognya dengan Israel selama diperlukan dan mengatakan ada sejumlah indikasi bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalkan kerusakan lebih besar di Gaza. Namun ia memperingatkan, “Saya tidak ingin membesar-besarkan hal itu.”
BACA JUGA: AS Minta Jeda Kemanusiaan, Netanyahu Tolak Gencatan Senjata Tanpa Pembebasan SanderaKirby mengatakan ribuan orang tak bersalah telah tewas, seraya menambahkan bahwa “kematian setiap orang adalah tragedi” dan “kami tidak ingin melihat ada nyawa tak berdosa yang terenggut.”
Ia mengatakan AS melakukan semua cara untuk mendesak para pemimpin Israel agar sedapat mungkin berhati-hati dalam operasi militernya. Namun, ia mengingatkan bahwa Israel juga menghadapi musuh yang bersembunyi di belakang warga sipil.
Kementerian Kesehatan di Gaza yang dijalankan oleh Hamas mengatakan bahwa korban tewas akibat serangan Israel telah melampaui 10 ribu orang.
Israel telah membantah sengaja menargetkan orang-orang Palestina tak bersalah di Gaza, seraya mengatakan Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, menggali terowongan di bawah rumah sakit-rumah sakit dan mengangkut para anggota Hamas di dalam ambulans. [uh/ab]