Netanyahu: Keputusan ICC Tak Akan Hentikan Israel Capai Tujuan Perang

  • Associated Press
    VOA

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri konferensi pers di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv, Israel, 28 Oktober 2023. (Foto: Abir Sultan/Pool Photo via AP)

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras untuk tetap melancarkan serangan terhadap Hamas, meski ada kekhawatiran akan dikeluarkannya surat perintah penangkapan oleh ICC. Di sisi lain, tekanan publik agar perang Israel dan Hamas dihentikan kian meningkat.

Setelah Mahkamah Kriminal Internasional (International Criminal Court/ICC) mempertimbangkan untuk menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas dugaan kejahatan perang di Tepi Barat dan Jalur Gaza, para pejabat Israel menunjukkan kekhawatirannya.

Meski begitu, melalui sebuah pernyataan video yang diunggah dalam akun X, Netanyahu mengatakan “tidak ada keputusan apa pun, baik dari Den Haag atau mana pun, yang akan merusak tekad Israel mencapai semua tujuan perang ini.”

“80 tahun setelah Holocaust, badan-badan internasional yang didirikan untuk mencegah Holocaust lainnya sedang mempertimbangkan untuk menyangkal hak negara Yahudi untuk membela diri – untuk membela diri dari siapa? Dari mereka yang masih bertindak secara terbuka untuk melakukan genosida terhadap kami,” ujar Netanyahu dalam video yang diunggah pada Selasa (30/4).

BACA JUGA: AS Menentang Penyelidikan Mahkamah Kriminal Internasional terkait Aksi Israel di Gaza

Sebagai sekutu utama, Amerika Serikat (AS) menolak proses penyelidikan yang dilakukan ICC terhadap Israel. Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa ICC tidak memiliki kewenangan dalam penyelidikan tersebut.

“Jadi kami sudah sangat jelas tentang penyelidikan ICC. Kami tidak mendukungnya. Kami tidak percaya bahwa mereka memiliki kewenangan dalam hal ini. Demikian yang bisa saya sampaikan untuk saat ini,” ujar Pierre dalam konferensi pers Gedung Putih yang digelar Senin (29/4) lalu.

Bagian luar Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, Selasa, 30 April 2024. (Foto: Peter Dejong/AP Photo)

Gedung Putih juga menyebut bahwa konflik antara Israel dan Hamas “sudah jauh melewati tenggat waktu” dalam mewujudkan gencatan senjata, memasukkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan membebaskan sandera.

Situasi konflik bahkan semakin meluas melampaui berbagai batasan. Unjuk rasa para mahasiswa di Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan peperangan kini mendapat momentum, termasuk salah satunya unjuk rasa di University of Texas di Austin.

BACA JUGA: ICC Isyaratkan Rilis Surat Perintah Penangkapan Netanyahu, Israel Khawatir

Pekan lalu, gubernur negara bagian itu meminta polisi menangkap belasan peserta aksi. Para akademisi pun mengecam langkah tersebut karena Presiden AS Joe Biden seharusnya mendengarkan kekhawatiran mereka, seperti yang disampaikan Profesor Sejarah University of Texas at Austin Jeremi Suri kepada VOA.

“Biden harus menunjukkan hasil yang lebih jelas lagi. Harus ada jeda dalam pertempuran ini. Sandera harus dikembalikan. Harus ada negosiasi yang terlihat, dan dia harus menunjukkan bahwa dirinya mendorong kedua pihak – tidak hanya satu pihak, tetapi kedua pihak – ke meja perundingan,” ujar Suri.

Aksi unjuk rasa ini bahkan semakin dekat ke pemerintahan Amerika Serikat (AS) ketika para demonstran beraksi dalam acara formal makan malam bersama jurnalis di Washington yang turut dihadiri oleh presiden.

Sementara di ibu kota Israel, Tel Aviv, ratusan peserta aksi unjuk rasa yang menuntut dihentikannya perang turun ke jalan Senin lalu (29/4).

Your browser doesn’t support HTML5

Netanyahu: Keputusan ICC Tak Akan Hentikan Israel Capai Tujuan Perang

Yael Bedarshi, salah satu demonstran, menilai baik pemerintah Israel maupun Hamas terlalu berlarut-larut dalam mencapai kesepakatan penghentian perang dan pembebasan para sandera.

“Kami muak dengan pemerintahan ini, kami muak dengan seluruh prosesnya, kami ingin kesepakatan sandera sekarang, kami ingin para sandera kembali ke rumah,” sebut Bedarshi kepada kantor berita Associated Press.

Hamas berulang kali mengatakan tidak akan membebaskan sandera yang tersisa, sebelum ada kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Netanyahu menolak tuntutan itu dan mengatakan Israel akan terus melancarkan serangannya hingga Hamas dihancurkan dan semua sandera dibebaskan, termasuk ofensif ke kota Rafah. [th/em]