Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Jumat (29/3), menyetujui kembalinya perundingan gencatan senjata dengan Hamas, satu hari setelah Mahkamah Internasional atau ICJ di Den Haag memerintahkan Israel untuk memberikan bantuan kemanusiaan mendesak kepada warga Palestina yang tengah dibayangi bencana kelaparan di Jalur Gaza.
Pernyataan Netanyahu mencerminkan langkah tambahan dalam upaya untuk mencapai kesepakatan dengan kelompok militan tersebut. Kesepakatan tersebut akan menghentikan serangan militer Israel di Gaza dengan imbalan pembebasan sandera Israel.
Amerika Serikat (AS), Qatar dan Mesir telah berusaha menengahi gencatan senjata dan pembebasan sandera sejak gencatan senjata pertama pada November.
Netanyahu, yang tengah berada di bawah tekanan internal karena kegagalan memulangkan semua sandera yang ditahan oleh kelompok militan sejak 7 Oktober, menyatakan bahwa ia telah berbicara dengan para perunding utama Israel. Ia juga memberikan wewenang kepada delegasi Israel untuk bergabung dalam perundingan gencatan senjata di Qatar dan Mesir mengenai hal ini pada hari itu.
Hamas sebelumnya mengusulkan proses gencatan senjata bertahap yang mana mereka akan membebaskan semua sandera yang tersisa sebagai imbalan atas berakhirnya perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, pembukaan perbatasannya untuk bantuan dan rekonstruksi, dan pembebasan ratusan sandera. Tahanan Palestina, termasuk petinggi militan yang menjalani hukuman seumur hidup.
Netanyahu menyebut persyaratan Hamas hanya khayalan dan berjanji untuk melanjutkan serangan Israel setelah pembebasan sandera dan terus berperang sampai kelompok militan tersebut dihancurkan.
Hamas diyakini menyandera sekitar 100 orang, serta sisa-sisa sekitar 30 orang di antara sekitar 1.160 orang yang terbunuh di Israel selama serangan teror Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang, menurut penghitungan Agence France-Presse.
Your browser doesn’t support HTML5
Sejauh ini, Israel melakukan serangan balasan terhadap Hamas yang menewaskan sedikitnya 32.623 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 70.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.
Sebagian besar wilayah kantong tersebut telah hancur menjadi puing-puing, dan sebagian besar penduduk Gaza berlindung di kota perbatasan selatan Gaza, Rafah.
Kerawanan Pangan dan Kelaparan
Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk "mengambil semua tindakan yang diperlukan dan efektif untuk memastikan, tanpa penundaan" pasokan "layanan dasar dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan."
Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, memperingatkan dalam sebuah postingan di platform media sosial X pada Kamis bahwa keputusan ICJ adalah “pengingat yang nyata bahwa bencana situasi kemanusiaan di Jalur Gaza adalah buatan manusia + semakin memburuk."
Menurut PBB dan organisasi bantuan internasional, sekitar 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengiriman bantuan oleh Israel, situasi konflik yang berlangsung, serta gangguan terhadap ketertiban umum.
Kelaparan sangat mungkin terjadi di bagian utara Jalur Gaza, kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS pada Jumat.
PBB memperingatkan bahwa Gaza menghadapi kelaparan dan mengeluhkan adanya “hambatan besar” dalam mendapatkan bantuan dan mendistribusikannya ke wilayah kantong tersebut. [ah/ft]