Di wilayah perkotaan Indonesia, penetrasi telepon pintar mencapai 23 persen yang berarti 1 dari 4 orang memiliki telepon pintar.
JAKARTA —
Hasil penelitian lembaga survei Nielsen Indonesia menunjukkan bahwa kepemilikan telepon seluler pintar telah tumbuh 5 persen pada 2013 dibandingkan tahun sebelumnya, dan kini mencapai 23 persen dari total kepemilikan telepon genggam di Indonesia.
Dalam hasil laporan yang diluncurkan Kamis (12/6), Nielsen mengatakan orang Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 140 menit per hari atau dua jam lebih untuk menggunakan telepon pintar, menurut laporan dari hasil survei terbaru mereka.
Survei tersebut dilakukan sepanjang 2013 terhadap 1.900 orang responden di kota-kota besar seperti Medan, Palembang, Jabodetabek, Bandung, Balikpapan, Semarang, Surabaya dan Makasar.
Menurut Anil Anthony. Direktur Eksekutif Consumer Insight dari Nielsen Indonesia, dari total waktu aktif tersebut, 37 menit digunakan untuk chatting (mengobrol), 27 menit untuk menjelajahi dunia maya, 23 menit untuk menggunakan aplikasi internet dan 17 menit untuk permainan dan menggunakan multimedia, 8 menit untuk SMS dan 6 menit untuk menelepon.
“Di wilayah perkotaan Indonesia, penetrasi telepon pintar mencapai 23 persen yang berarti 1 dari 4 orang memiliki telepon pintar. Angka ini cukup rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya di Asia, meski ini lebih baik dari India dan Filipina," ujarnya.
Survey Nielsen ini menyebutkan rata-rata perempuan menghabiskan waktu lebih banyak setiap hari untuk mengobrol dibandingkan dengan pria. Sementara dari kelompok usia, pengguna telepon pintar dari kalangan dewasa muda berusia 25-30 tahun menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengobrol dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
Pengguna telepon pintar juga lebih banyak aktif pada jam-jam setelah jam kerja pada rentang waktu antara pukul 18.00 – 22.00.
Pengamat telekomunikasi Uday Rayana mengatakan penggunaan telepon pintar di Indonesia yang didominasi oleh aktivitas mengobrol didorong oleh gaya hidup dan budaya masyarakat.
“Sebenernya ini terkait dengan maraknya media sosial yang sudah menjadi gaya hidup masyarakat dan sesuai dengan karakter masyarakat kita yang cenderung suka guyub dan membangun komunitas, tapi pertanyaannya sejauh mana kegiatan di media social ini produktif," ujarnya.
VOA menemui sejumlah pengguna telepon pintar di Jakarta untuk mengetahui kegiatan apa yang paling banyak dilakukan melalui telepon pintar. Kanaria, seorang profesional di Jakarta, meski mengaku banyak terbantu untuk mengurus pekerjaannya sebagai staf SDM di sebuah perusahaan, namun ia mengakui mengobrol dan menjelajah di internet adalah aktifitas yang paling banyak dilakukan melalui telepon pintarnya.
“Memaksimalkan waktu kalau lagi sengang dan kerjaan tidak terlalu padat, ya saya pegang ponsel," ujarnya.
Sementara Itu Eggi, warga pinggiran Jakarta mengatakan menjalankan bisnis makanan dengan memanfaatkan telepon pintar untuk berinteraksi dengan para pelanggannya.
“Paling banyak dan utama untuk menunjang bisnis," ujarnya.
Dalam hasil laporan yang diluncurkan Kamis (12/6), Nielsen mengatakan orang Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 140 menit per hari atau dua jam lebih untuk menggunakan telepon pintar, menurut laporan dari hasil survei terbaru mereka.
Survei tersebut dilakukan sepanjang 2013 terhadap 1.900 orang responden di kota-kota besar seperti Medan, Palembang, Jabodetabek, Bandung, Balikpapan, Semarang, Surabaya dan Makasar.
Menurut Anil Anthony. Direktur Eksekutif Consumer Insight dari Nielsen Indonesia, dari total waktu aktif tersebut, 37 menit digunakan untuk chatting (mengobrol), 27 menit untuk menjelajahi dunia maya, 23 menit untuk menggunakan aplikasi internet dan 17 menit untuk permainan dan menggunakan multimedia, 8 menit untuk SMS dan 6 menit untuk menelepon.
“Di wilayah perkotaan Indonesia, penetrasi telepon pintar mencapai 23 persen yang berarti 1 dari 4 orang memiliki telepon pintar. Angka ini cukup rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya di Asia, meski ini lebih baik dari India dan Filipina," ujarnya.
Survey Nielsen ini menyebutkan rata-rata perempuan menghabiskan waktu lebih banyak setiap hari untuk mengobrol dibandingkan dengan pria. Sementara dari kelompok usia, pengguna telepon pintar dari kalangan dewasa muda berusia 25-30 tahun menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengobrol dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
Pengguna telepon pintar juga lebih banyak aktif pada jam-jam setelah jam kerja pada rentang waktu antara pukul 18.00 – 22.00.
Pengamat telekomunikasi Uday Rayana mengatakan penggunaan telepon pintar di Indonesia yang didominasi oleh aktivitas mengobrol didorong oleh gaya hidup dan budaya masyarakat.
“Sebenernya ini terkait dengan maraknya media sosial yang sudah menjadi gaya hidup masyarakat dan sesuai dengan karakter masyarakat kita yang cenderung suka guyub dan membangun komunitas, tapi pertanyaannya sejauh mana kegiatan di media social ini produktif," ujarnya.
VOA menemui sejumlah pengguna telepon pintar di Jakarta untuk mengetahui kegiatan apa yang paling banyak dilakukan melalui telepon pintar. Kanaria, seorang profesional di Jakarta, meski mengaku banyak terbantu untuk mengurus pekerjaannya sebagai staf SDM di sebuah perusahaan, namun ia mengakui mengobrol dan menjelajah di internet adalah aktifitas yang paling banyak dilakukan melalui telepon pintarnya.
“Memaksimalkan waktu kalau lagi sengang dan kerjaan tidak terlalu padat, ya saya pegang ponsel," ujarnya.
Sementara Itu Eggi, warga pinggiran Jakarta mengatakan menjalankan bisnis makanan dengan memanfaatkan telepon pintar untuk berinteraksi dengan para pelanggannya.
“Paling banyak dan utama untuk menunjang bisnis," ujarnya.