Presiden Obama hari Sabtu akan bertolak dari Amerika untuk lawatan selama tiga hari di Kamboja, Thailand dan Burma.
Para pejabat Gedung Putih meyakinkan pihak-pihak pengecam bahwa Presiden Amerika Barack Obama tidak akan mengabaikan masalah HAM dalam lawatannya mendatang ke Asia Tenggara.
Presiden Obama Sabtu bertolak dari Amerika untuk lawatan selama tiga hari di Kamboja, Thailand dan Burma. Ini adalah kunjungannya ke luar negeri yang pertama sejak terpilih kembali sebagai presiden, menunjukkan betapa pentingnya fokus baru pemerintahan Obama pada kawasan itu.
Salah satu bagian penting dalam lawatan ini adalah persinggahan singkat Obama di Burma, pertama kali seorang presiden Amerika berkunjung ke negara yang tadinya dibawah pemerintahan militer itu.
Sebagian kelompok HAM keberatan atas kunjungan itu, termasuk periset Human Rights Watch Matthew Smith. Dia memberitahu VOA bahwa Obama seharusnya menunggu sampai reformasi lebih banyak dibuat.
Smith mengatakan yang paling memprihatinkan bagi dia adalah Burma belum lagi membebaskan semua tahanan politiknya dan tidak turun tangan untuk menghentikan kekerasan terhadap minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine barat.
Sebagian anggota Kongres Amerika mengemukakan keprihatinan serupa. Dalam pernyataan hari Kamis, organisasi bi-partisan Kaukus Kebebasan Agama Internasional menyambut baik kunjungan itu. Tapi mereka memperingatkan Presiden Obama agar jangan mengambil tindakan yang "bisa ditafsirkan sebagai dukungan terhadap pelanggaran atau oleh pemerintah Burma."
Tetapi penasehat keamanan nasional Gedung Putih Tom Donilon lawatan itu akan memberi kesempatan bagi Obama untuk membuat Presiden Burma Thein Sein dan lain-lain yang mungkin enggan melakukan reformasi lebih banyak.
Presiden Obama Sabtu bertolak dari Amerika untuk lawatan selama tiga hari di Kamboja, Thailand dan Burma. Ini adalah kunjungannya ke luar negeri yang pertama sejak terpilih kembali sebagai presiden, menunjukkan betapa pentingnya fokus baru pemerintahan Obama pada kawasan itu.
Salah satu bagian penting dalam lawatan ini adalah persinggahan singkat Obama di Burma, pertama kali seorang presiden Amerika berkunjung ke negara yang tadinya dibawah pemerintahan militer itu.
Sebagian kelompok HAM keberatan atas kunjungan itu, termasuk periset Human Rights Watch Matthew Smith. Dia memberitahu VOA bahwa Obama seharusnya menunggu sampai reformasi lebih banyak dibuat.
Smith mengatakan yang paling memprihatinkan bagi dia adalah Burma belum lagi membebaskan semua tahanan politiknya dan tidak turun tangan untuk menghentikan kekerasan terhadap minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine barat.
Sebagian anggota Kongres Amerika mengemukakan keprihatinan serupa. Dalam pernyataan hari Kamis, organisasi bi-partisan Kaukus Kebebasan Agama Internasional menyambut baik kunjungan itu. Tapi mereka memperingatkan Presiden Obama agar jangan mengambil tindakan yang "bisa ditafsirkan sebagai dukungan terhadap pelanggaran atau oleh pemerintah Burma."
Tetapi penasehat keamanan nasional Gedung Putih Tom Donilon lawatan itu akan memberi kesempatan bagi Obama untuk membuat Presiden Burma Thein Sein dan lain-lain yang mungkin enggan melakukan reformasi lebih banyak.