Presiden Amerika Barack Obama bertemu hari Kamis (25/2) dengan Dewan Keamanan Nasional AS di Departemen Luar Negeri, di tengah-tengah isu kebijakan luar negeri yang genting.
Gedung Putih mengatakan pertemuan itu akan berfokus pada "kampanye global untuk melemahkan dan menghancurkan" ISIS, serta menyelesaikan masalah Suriah dan isu-isu lainnya.
Presiden Obama mencapai kesepakatan awal pekan ini dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang gencatan senjata sebagian dalam perang saudara di Suriah yang ditetapkan akan mulai berlaku hari Sabtu.
Namun, Obama hanya menyuarakan optimisme bahwa hal itu akan mendorong pembicaraan damai lebih lanjut untuk mengakhiri perang di Suriah yang telah berlangsung selama lima tahun, antara pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan kelompok pemberontak yang berusaha menggulingkannya.
Dalam perang melawan ISIS, Direktur Intelijen Nasional James Clapper memperkirakan kekuatan kelompok militan itu sekarang melebihi kekuatan al Qaida secara global.
"ISIS termasuk delapan cabangnya yang sudah kuat dan beberapa cabang yang sedang muncul telah menjadi ancaman teroris yang paling besar di dunia,” kata Clapper kepada Komite Intelijen DPR mengenai ancaman di seluruh dunia.
Amerika juga sedang menunggu tindakan Dewan Keamanan PBB tentang sanksi-sanksi baru terhadap Korea Utara untuk menghukum negara itu karena uji coba nuklir keempat yangh dilakukan pada awal Januari. Ketika itu Korea Utara mengklaim telah berhasil mengembangkan bom termonuklir. [sp/ii]