Presiden AS Barack Obama mengusulkan perluasan kampanye militer Amerika melawan militan-militan Negara Islam (ISIS), dan bersumpah akan melakukan "upaya tak kenal lelah" untuk menyapu para teroris tersebut "di mana pun mereka berada," ujarnya pada rakyat, Rabu malam (10/9).
Obama menjelaskan strategi baru dalam pidato di Gedung Putih yang disiarkan langsung oleh televisi, sementara AS dan para sekutunya menghadapi peningkatan ancaman dengan pertumbuhan ekstremisme Islamis di Irak, Suriah dan bagian-bagian lain dari Timur Tengah dan wilayah Afrika Utara yang bergejolak.
Rencana Obama termasuk pelatihan dan persenjataan pasukan keamanan Irak sekaligus pejuang oposisi Suriah, untuk membantu keduanya bertempur melawan para pejuang ISIS.
Namun Obama menekankan bahwa perlawanan terhadap militan ISIS akan berbeda dari perang-perang AS saat ini di Irak dan Afghanistan.
"Upaya ini tidak akan melibatkan pasukan tempur Amerika untuk berperang di negara lain. Kampanye kontra-terorisme ini akan dilakukan melalui upaya stabil dan tak kenal lelah untuk mengusir ISIS di mana pun mereka berada dengan menggunakan kekuatan udara kita dan dukungan kita untuk pasukan-pasukan mitra di lapangan," ujarnya.
"Strategi untuk mengusir teroris yang mengancam kita, sementara mendukung para mitra di garis depan, adalah yang telah berhasil dilakukan di Yaman dan Somalia selama bertahun-tahun."
Presiden juga membahas kemungkinan memperluas serangan udara Amerika melawan kantong-kantong militan di seluruh perbatasan Irak sampai Suriah dan mengindikasikan bahwa para sekutu di Eropa, Timur Tengah dan tempat lainnya siap bergabung dengan kampanye melawan terorisme yang dipimpin AS.
"Dengan adanya pemerintahan baru di Irak, dan konsultasi-konsultasi dengan para sekutu di luar negeri dan Kongres di dalam negeri, saya dapat mengumumkan bahwa Amerika akan memimpin koalisi yang luas untuk mengembalikan kembali ancaman teroris ini," ujar Obama.
"Tujuan kita jelas: kita akan menekan, dan pada akhirnya menghancurkan ISIS melalui strategi kontra-terorisme yang komprehensif dan berkelanjutan."
Sebagai bagian dari upaya tersebut, AS juga akan mengirimkan 475 orang tentara ke Irak dalam kapasitas non-tempur untuk mendukung pasukan Irak dan Kurdi, menurut Obama.
Koalisi yang dipimpin Amerika akan mencapai strategi untuk memotong aliran pejuang asing ke Negara Islam, dan meningkatkan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi yang diusir militan.
Sebelumnya Rabu, Gedung Putih mengumumkan akan menyediakan US$25 juta bantuan militer segera untuk pemerintah Irak yang baru sebagai bagian dari upaya-upaya mereka untuk melawan kelompok ekstremis Sunni tersebut, yang menguasai wilayah substansial di Irak utara dan barat.
Menurut para sumber, Arab Saudi telah menjanjikan komitmen penuh atas upaya tersebut, dan pasukan-pasukan AS akan melatih para pejuang oposisi Suriah di tanah Saudi.
Upaya ini bergantung pada persetujuan Kongres AS atas dana $500 juta untuk melatih dan mempersenjatai pemberontak.
Keputusan Saudi muncul setelah Obama berbicara lewat telepon sebelumnya Rabu dengan Raja Abdullah, yang telah mendorong pemerintah Amerika untuk melakukan lebih banyak usaha untuk menyelesaikan konflik Suriah.
Menteri Luar Negeri John Kerry, yang sekarang sedang berkunjung ke Baghdad, akan bertemu dengan para pemimpin di seluruh wilayah dalam beberapa hari mendatang.
Reaksi terhadap pidato Presiden langsung muncul.
"Adalah kepentingan nasional Amerika untuk menghancurkan ISIS... Kita tidak dapat duduk tenang. Presiden telah membuat penjelasan yang menarik," ujar legislator dari Partai Demokrat, Eliot Engel.
"Saya kira Presiden telah melakukan pekerjaan yang sangat baik. Ia memiliki dukungan saya. Ia telah sangat meyakinkan malam ini."
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) John Boehner mengatkaan, ia mendukung ide melatih pasukan Irak dan Suriah, namun "khawatir dengan langkah-langkah tersebut yang dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk diimplementasikan secara penuh di saat momentum dan perebutan wilayah oleh ISIS perlu segera dihentikan dan dibalikkan."
Meski Obama "dapat meyakinkan kita untuk bertindak," pertanyaan-pertanyaan muncul mengenai cara dilakukannya tindakan tersebut, ujar anggota Kongres dari Partai Republik itu.
Jajak pendapat opini publik minggu ini menunjukkan mayoritas warga Amerika mendukung aksi melawan para militan tersebut.
Legislasi Kongres
Sementara itu, para pemimpin Demokrat di Senat mempersiapkan undang-undang yang akan memberikan wewenang pada militer AS untuk mempersenjatai dan melatih para pemberontak pro-Barat di Suriah dalam perang melawan militan Negara Islam.
Pemimpin Mayoritas Senat Harry Reid mengindikasikan bahwa ia mendukung pemberian wewenang pada Presiden Obama untuk memperkuat pasukan regional dalam perang melawan ISIS.
"Jelas bagi saya bahwa kita perlu berlatih dan mempersenjatai pemberontak Suriah dan kelompok-kelompok lainnya di Timur Tengah yang memerlukan bantuan," ujar Reid, Rabu.
Anggota-anggota DPR dari Republik secara terburu-buru membatalkan pemungutan suara yang dijadwalkan pada Kamis mengenai RUU anggaran jangka pendek untuk mempertimbangkan permintaan Gedung Putih pada menit terakhir bahwa bahasa pelatihan agar dimasukkan. Mereka akan membahas isu tersebut dalam pertemuan darurat Kamis pagi.
Gedung Putih meminta "otoritas untuk melatih dan mempersenjatai elemen-elemen oposisi bersenjata Suriah untuk membantu membela masyarakat Suriah dari serangan-serangan oleh ISIS dan rezim Suriah" dan menstabilkan wilayah-wilayah di Suriah di bawah kontrol pemberontak.
Para pemberontak pro-Barat di Suriah telah bertempur melawan ekstremis ISIS dan pasukan yang loyal pada Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Obama telah memberitahu pejabat-pejabat pemerintah kunci bahwa ia yakin ia telah memiliki kuasa untuk memerintahkan peningkatan serangan militer tanpa persetujuan kongres. Namun ia mengatakan pada empat anggota parlemen papan atas minggu lalu bahwa ia menerima suara legislatif yang mendukung untuk menunjukkan bahwa negara bersatu dalam melawan para militan.
Dukungan bagi rencana presiden tampak meningkat dan para anggota parlemen dapat melakukan pemungutan suara dalam beberapa hari mendatang. (VOA/Reuters/AP)