Presiden Amerika Barack Obama hari Selasa (14/6) mengatakan penembakan massal dengan korban terbanyak dalam sejarah Amerika dilakukan oleh “seorang anak muda yang marah, terganggu dan tidak stabil yang teradikalisasi”.
Obama menegaskan bahwa tim penyelidik “tidak memiliki informasi apapun untuk mengindikasikan adanya kelompok teroris asing apapun yang memerintahkan serangan” yang dilakukan oleh warga Amerika berusia 29 tahun – Omar Saddiqui Mateen – di sebuah klub malam gay di Orlando, Florida.
Dalam penembakan membabi-buta selama tiga jam itu, Mateen menewaskan 49 orang dan melukai 53 lainnya, enam diantaranya berada dalam kondisi kritis.
Presiden Obama – yang berbicara setelah melakukan kajian keamanan nasional secara mendalam tentang penembakan di Orlando dan upaya-upaya Amerika untuk mengalahkan teroris ISIS di Timur Tengah – mengatakan Mateen “mendapatkan informasi ekstremis dan propaganda dari internet”.
Obama mengatakan pejabat-pejabat penegak hukum Amerika “melakukan apapun untuk menghentikan serangan-serangan semacam ini” tetapi menyadari sulitnya mendeteksi dini “para pelaku serangan seorang diri”.
Sebelumnya Menteri Urusan Keamanan Dalam Negeri Amerika Jeh Johnson menyerukan aturan pengendalian senjata api “yang lebih bertanggungjawab dan bermakna” pasca penembakan massal di Orlando, sementara pihak berwenang masih terus mengumpulkan informasi tentang kehidupan Mateen.
Dalam serangkaian wawancara Johnson – dalam sebuah acara televisi – mengatakan memperketat aturan kepemilikan senjata api merupakan perdebatan panjang yang “penting bagi keamanan publik” Amerika. [em]