Presiden Amerika Barack Obama mengatakan ia telah berbicara melalui telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani hari Jumat (27/9).
Percakapan telepon 15 menit antara presiden Amerika dan Presiden Iran menjadi kontak langsung antar kepala negara setelah hubungan diplomatik yang beku selama 35 tahun.
Percakapan telepon hari Jumat (27/9) antara Presiden Barack Obama dan Presiden Hassan Rouhani menandai pertama kalinya pemimpin kedua negara berbicara sejak revolusi Islam menggulingkan shah yang didukung Amerika tahun 1979.
Obama mengatakan kedua pemimpin membahas “berbagai upaya yang sedang berlangsung” untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklir Iran.
Akun Twitter berbahasa Inggris Presiden Rouhani mengumumkan kabar percakapan bersejarah itu.
Kedua pemimpin berbicara selagi presiden Iran itu berada dalam mobil di kota New York di mana dia menghadiri Sidang Umum PBB dan Presiden Obama berada di meja kerjanya di Oval Office.
Kepada wartawan di Gedung Putih hari Jumat, Obama menyatakan, pembicaraan dengan Rouhani konstruktif. Ia percaya kedua negara bisa mencapai solusi komprehensif atas program nuklir Iran dan, percakapan itu menunjukkan kemungkinan bergerak maju.
Seorang pejabat senior pemerintah Amerika mengatakan Gedung Putih menerima kabar Jumat pagi bahwa Presiden Rouhani ingin berbicara dengan Presiden Obama sebelum pemimpin Iran itu meninggalkan New York setelah menghadiri Sidang Umum PBB.
Sebelumnya, hari Jumat, Rouhani mengatakan ia tidak bertemu Obama pekan ini di sela-sela Sidang Umum PBB karena tidak ada cukup waktu untuk merencanakan pertemuan tersebut.
Pemimpin Iran itu mengatakan pemilihan dirinya bulan Juni telah ikut membuka jalan bagi hubungan yang lebih baik antara Iran dan negara-negara Barat. Rouhani mengatakan ia berharap pembicaraan dengan negara-negara besar mengenai program nuklir Iran akan membuahkan hasil dalam waktu singkat.
Juga hari Jumat, pejabat-pejabat Iran mengadakan pembicaraan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pertemuan pertama mereka dengan badan PBB itu sejak Rouhani terpilih. Ketua perunding IAEA Herman Nackaerts menilai pembicaraan di Wina itu "sangat konstruktif" dan mengatakan kedua pihak akan bertemu lagi bulan depan.
Fokus pertemuan itu adalah membahas kecurigaan bahwa Iran selama ini telah mengambil langkah-langkah untuk membuat senjata nuklir. IAEA ingin melanjutkan penyidikan mengenai dugaan penelitian bom atom Iran.
Percakapan telepon hari Jumat (27/9) antara Presiden Barack Obama dan Presiden Hassan Rouhani menandai pertama kalinya pemimpin kedua negara berbicara sejak revolusi Islam menggulingkan shah yang didukung Amerika tahun 1979.
Obama mengatakan kedua pemimpin membahas “berbagai upaya yang sedang berlangsung” untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklir Iran.
Akun Twitter berbahasa Inggris Presiden Rouhani mengumumkan kabar percakapan bersejarah itu.
Kedua pemimpin berbicara selagi presiden Iran itu berada dalam mobil di kota New York di mana dia menghadiri Sidang Umum PBB dan Presiden Obama berada di meja kerjanya di Oval Office.
Kepada wartawan di Gedung Putih hari Jumat, Obama menyatakan, pembicaraan dengan Rouhani konstruktif. Ia percaya kedua negara bisa mencapai solusi komprehensif atas program nuklir Iran dan, percakapan itu menunjukkan kemungkinan bergerak maju.
Seorang pejabat senior pemerintah Amerika mengatakan Gedung Putih menerima kabar Jumat pagi bahwa Presiden Rouhani ingin berbicara dengan Presiden Obama sebelum pemimpin Iran itu meninggalkan New York setelah menghadiri Sidang Umum PBB.
Sebelumnya, hari Jumat, Rouhani mengatakan ia tidak bertemu Obama pekan ini di sela-sela Sidang Umum PBB karena tidak ada cukup waktu untuk merencanakan pertemuan tersebut.
Pemimpin Iran itu mengatakan pemilihan dirinya bulan Juni telah ikut membuka jalan bagi hubungan yang lebih baik antara Iran dan negara-negara Barat. Rouhani mengatakan ia berharap pembicaraan dengan negara-negara besar mengenai program nuklir Iran akan membuahkan hasil dalam waktu singkat.
Juga hari Jumat, pejabat-pejabat Iran mengadakan pembicaraan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pertemuan pertama mereka dengan badan PBB itu sejak Rouhani terpilih. Ketua perunding IAEA Herman Nackaerts menilai pembicaraan di Wina itu "sangat konstruktif" dan mengatakan kedua pihak akan bertemu lagi bulan depan.
Fokus pertemuan itu adalah membahas kecurigaan bahwa Iran selama ini telah mengambil langkah-langkah untuk membuat senjata nuklir. IAEA ingin melanjutkan penyidikan mengenai dugaan penelitian bom atom Iran.