Dalam debat Selasa malam (16/10), kedua calon ingin menunjukkan mereka akan bertindak lebih keras terhadap praktik-praktik dagang Beijing yang mengorbankan pekerja AS.
Presiden Amerika Barack Obama dan penantangnya dari partai Republik Mitt Romney berdebat mengenai siapa yang akan bersikap lebih keras terhadap Tiongkok, dalam debat calon presiden hari Selasa di New York.
Tidak seperti debat terdahulu, Tiongkok menjadi tema pokok bagi kedua calon. Masing-masing calon ingin menunjukkan mereka akan bertindak lebih keras terhadap praktik-praktik dagang Beijing yang menurut mereka mengorbankan para pekerja Amerika.
Seperti pada kampanyenya, Romney kembali menuduh Obama bersikap lemah terhadap Tiongkok. Ia mengulangi janjinya untuk menetapkan Beijing sebagai manipulator mata uang.
Obama membalas dengan mengatakan Romney adalah orang yang paling tidak mungkin bakal bersikap keras terhadap Tiongkok. Ia menuduh Romney berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang mengalihdaya pekerjaan ke Tiongkok. Romney, yang tampaknya sudah siap menghadapi tuduhan itu, menanggapinya dengan mengatakan presiden juga berinvestasi di perusahaan-perusahaan Tiongkok.
Romney berkali-kali kembali ke topik Tiongkok selama 90 menit perdebatan sengit itu. Ia berjanji pemerintahannya bukan hanya akan menindak keras Tiongkok, tetapi juga membuat para pengusaha Amerika yang mengalihdaya pekerjaan ke sana lebih tertarik untuk memindahkan kembali pekerjaan ke dalam negeri.
Obama, yang pemerintahannya telah mengajukan beberapa gugatan perdagangan terhadap Beijing, membela kinerjanya dalam menindak keras praktik-praktik dagang Tiongkok. Ia mengatakan tekanan terhadap Tiongkok telah membuat negara itu meningkatkan nilai mata uangnya dalam beberapa bulan belakangan.
Tetapi Gedung Putih juga memperingatkan agar tidak memicu perang dagang dengan Tiongkok, ekonomi terbesar ke-dua dunia. Alasannya, retorika yang kurang memanas akan lebih efektif dalam mendorong Tiongkok melakukan reformasi.
Isu mengenai Tiongkok penting di beberapa negara bagian yang belum diketahui kecenderungan pilihannya seperti di Ohio. Di negara bagian itu, banyak orang prihatin mengenai hilangnya pekerjaan di pabrik karena alihdaya dan kompetisi dengan perusahaan asing.
Kubu kampanye kedua pihak menyiarkan iklan-iklan bertema Tiongkok yang menjanjikan tindakan keras di bidang ekonomi terhadap Beijing.
Tiongkok kemungkinan tetap menjadi isu sentral dalam kampanye pemilihan presiden. Satu bagian sepanjang 15 menit pada debat calon presiden ketiga sekaligus terakhir pada 22 Oktober mendatang dijadwalkan membahas kebangkitan Tiongkok dan dunia pada masa depan.
Tidak seperti debat terdahulu, Tiongkok menjadi tema pokok bagi kedua calon. Masing-masing calon ingin menunjukkan mereka akan bertindak lebih keras terhadap praktik-praktik dagang Beijing yang menurut mereka mengorbankan para pekerja Amerika.
Seperti pada kampanyenya, Romney kembali menuduh Obama bersikap lemah terhadap Tiongkok. Ia mengulangi janjinya untuk menetapkan Beijing sebagai manipulator mata uang.
Obama membalas dengan mengatakan Romney adalah orang yang paling tidak mungkin bakal bersikap keras terhadap Tiongkok. Ia menuduh Romney berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang mengalihdaya pekerjaan ke Tiongkok. Romney, yang tampaknya sudah siap menghadapi tuduhan itu, menanggapinya dengan mengatakan presiden juga berinvestasi di perusahaan-perusahaan Tiongkok.
Romney berkali-kali kembali ke topik Tiongkok selama 90 menit perdebatan sengit itu. Ia berjanji pemerintahannya bukan hanya akan menindak keras Tiongkok, tetapi juga membuat para pengusaha Amerika yang mengalihdaya pekerjaan ke sana lebih tertarik untuk memindahkan kembali pekerjaan ke dalam negeri.
Obama, yang pemerintahannya telah mengajukan beberapa gugatan perdagangan terhadap Beijing, membela kinerjanya dalam menindak keras praktik-praktik dagang Tiongkok. Ia mengatakan tekanan terhadap Tiongkok telah membuat negara itu meningkatkan nilai mata uangnya dalam beberapa bulan belakangan.
Tetapi Gedung Putih juga memperingatkan agar tidak memicu perang dagang dengan Tiongkok, ekonomi terbesar ke-dua dunia. Alasannya, retorika yang kurang memanas akan lebih efektif dalam mendorong Tiongkok melakukan reformasi.
Isu mengenai Tiongkok penting di beberapa negara bagian yang belum diketahui kecenderungan pilihannya seperti di Ohio. Di negara bagian itu, banyak orang prihatin mengenai hilangnya pekerjaan di pabrik karena alihdaya dan kompetisi dengan perusahaan asing.
Kubu kampanye kedua pihak menyiarkan iklan-iklan bertema Tiongkok yang menjanjikan tindakan keras di bidang ekonomi terhadap Beijing.
Tiongkok kemungkinan tetap menjadi isu sentral dalam kampanye pemilihan presiden. Satu bagian sepanjang 15 menit pada debat calon presiden ketiga sekaligus terakhir pada 22 Oktober mendatang dijadwalkan membahas kebangkitan Tiongkok dan dunia pada masa depan.