Obama: Uji Coba Nuklir Korea Utara Ancaman Genting

Presiden AS Barack Obama dalam konferensi pers di Vientiane, Laos (8/9). (AP/Carolyn Kaster)

AS, Jepang dan Korea Selatan sepakat untuk menerapkan sanksi baru kepada Korea Utara "atas konsekuensi tindakan yang melanggar hukum dan berbahaya."

Presiden AS Barack Obama mengutuk uji coba nuklir Korea Utara hari Jumat (9/9), menyebutnya "ancaman genting bagi keamanan regional dan perdamaian serta stabilitas internasional."

Dalam sebuah pernyataan dari Gedung Putih, Obama mengatakan ,"tindakan yang mendestabilisasi dan provokatif Korea Utara ini bahkan telah mengucilkan dan mempermiskin rakyatnya karena usaha terus menerus untuk memperoleh senjata nuklir dan kemampuan menggunakan misil balistik."

Sebelum Dewan Keamanan PBB mengadakan konsultasi tertutup Jumat sore, Sekretaris Jenderal Ban Ki-Moon menyampaikan pernyataan keras.

"Saya sangat mengutuk uji coba nuklir yang dilakukan oleh Republik Demokratik Rakyat Korea. Ini adalah satu lagi pelanggaran terang-terangan resolusi Dewan Keamanan," ujarnya.

"Untuk ke lima kalinya dalam beberapa tahun terakhir, DPRK telah melanggar peraturan internasional tentang uji coba nuklir. Tindakan yang tidak dapat diterima ini membahayakan perdamaian dan keamanan di wilayah dan peringatan kuat lainnya mengenai kebutuhan mendesak untuk memperkuat peraturan Larangan Uji Coba Nuklir global. "

Ban mengatakan dia mengharapkan Dewan Keamanan untuk tetap bersatu dan mengambil tindakan yang tepat.

Uji coba nuklir Korea Utara yang mungkin terbesar itu terjadi ketika Obama sedang terbang kembali ke Washington dari lawatannya ke Asia. Ketika berada dalam pesawat Air Force 1, ia berbicara melalui telepon dengan Presiden Korea Selatan Park Geun-Hey dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Obama mengatakan mereka semua sepakat untuk menerapkan sanksi baru "untuk menunjukkan kepada Korea Utara bahwa ada konsekuensi atas tindakannya yang melanggar hukum dan berbahaya."

Ia juga menegaskan kembali tekad Amerika untuk membela sekutu-sekutunya di Asia timur laut melalui penggunaan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan untuk menangkis kemungkinan serangan rudal balistik. [sp/isa]