Obama Upayakan Penyeimbangan Kembali Kebijakan AS terhadap Asia Pasifik

  • Mary Alice Salinas

Daniel Russel, asisten Menteri Luar Negeri Amerika untuk urusan Asia Timur dan Pasifik (Foto: dok).

Presiden Obama akan mendesak para pemimpin agar menerapkan seperangkat peraturan dan prinsip yang akan memastikan setiap negara dapat mengupayakan apa yang menjadi kepentingannya secara sah dan damai.

Presiden Amerika Barack Obama akan berupaya memantapkan peran kepemimpinan Amerika di kawasan Asia Pasifik selama beberapa tahun mendatang, pada waktu ia menerima pemimpin dari seluruh anggota ASEAN di tempat peristirahatan bersejarah Rancho Mirage di Sunnyland, California, pada hari Senin dan Selasa ini.

Agenda pertemuan itu tidak begitu formal, tetapi para pemimpin akan mengatasi serangkaian isu penting dan rumit yang menjadi pokok penyeimbangan kembali strategi Amerika di Asia Pasifik.

Amerika menganggap dialognya dengan kesepuluh negara ASEAN sangat penting bagi keamanan dan kemakmurannya pada masa mendatang.

Asia Tenggara mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan ketegangan yang meningkat. Itu sebabnya mengapa Obama akan mendesak para pemimpin agar menerapkan seperangkat peraturan dan prinsip yang akan memastikan setiap negara dapat mengupayakan apa yang menjadi kepentingannya secara sah dan damai.

“ASEAN yang kompak membantu memastikan stabilitas dan pertumbuhan yang dibangun berdasarkan komitmen bersama terhadap peraturan dan keadilan. Ini memungkinkan negara-negara seperti Amerika Serikat, negara-negara kuat lainnya, untuk berdialog secara konstruktif sebagai mitra. Ini mencegah Asia Tenggara menjadi ruang pengaruh atau menjadi medan pertempuran,” kata Daniel Russel, asisten Menteri Luar Negeri Amerika untuk urusan Asia Timur dan Pasifik.

Gedung Putih menyebut kawasan itu sebagai “jantungnya” Asia Pasifik dan ASEAN merupakan forum yang baik untuk membangun infrastruktur guna menangani serangkaian masalah.

Satu masalah menciptakan sebagian dari ketegangan terbesar, yakni sengketa teritorial di Laut China Selatan, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

“Ada beberapa pihak yang mengklaim. Kami tidak mengklaim, jadi kepentingan nasional kami adalah melihat klaim-klaim tersebut diselesaikan sesuai dengan hukum internasional yang ada, karena kalau tidak, yang berlaku adalah hukum rimba. Satu negara besar menggertak negara yang lebih kecil, dan inilah yang menyebabkan terjadinya siklus konflik. Ini bukan keinginan siapapun,” kata Deputi Penasihat Keamanan nasional AS, Ben Rhodes.

Gedung Putih menyatakan akan menjelaskan tentangannya terhadap apa yang disebut sebagai “militerisasi” China terhadap wilayah-wilayah sengketa dan bahwa Amerika akan terus menerapkan “kebebasan berlayar” di sana.

Amerika berharap dapat mempererat hubungan perdagangan dan komersial, dengan harapan dapat memanfaatkan pertumbuhan ekonomi yang kuat di kawasan itu.

“Kita melihat negara-negara berubah menjadi perekonomian yang lebih digerakkan oleh sektor jasa, lebih digerakkan oleh kewirausahaan, serta modal intelektual dan teknologi. Dan itulah tempat-tempat di mana Amerika Serikat dapat memberikan nilai tambah,” imbuh Ben Rhodes.

Pertemuan puncak itu juga akan mencakup pembicaraan mengenai berbagai masalah seperti ekstremisme disertai kekerasan, keamanan di dunia maya dan perubahan iklim.

Para pejabat pemerintah menyatakan, dengan menjadi tuan rumah KTT ASEAN, Obama berharap akan mengembangkan suatu rencana kerja bagi tahun terakhir masa jabatannya untuk memajukan upaya penyeimbangan kembali kebijakan Amerika di kawasan tersebut.

Ia juga berharap hal ini akan mengirim pesan bagi pemerintahan berikutnya bahwa dialog di tingkat tinggi seperti itu diperlukan Amerika untuk mengamankan dan mempertahankan peran kepemimpinannya dalam beberapa dekade mendatang. [uh/ab]