Pendarahan hebat, yang disebut sebagai Pendarahan Pasca Persalinan, adalah penyebab utama kematian ibu melahirkan di seluruh dunia, menewaskan lebih dari 100.000 perempuan setiap tahun. Bahkan bagi ibu yang selamat, seperti seorang perempuan asal Nigeria, itu merupakan pengalaman yang menyakitkan dan traumatis.
"Saya mengalami pendarahan, mereka memasukkan sesuatu ke dalam tubuh saya, saya katakan mereka seharusnya beri saya transfusi darah, tolong saya, saya tidak mau mati," ujarnya.
Negara-negara termiskin di dunia, terutama di Afrika dan India, paling terkena dampaknya.
Tetapi ada harapan baru. Pada tahun 1960an periset di Jepang mengembangkan sejenis obat bernama tranexamic acid, yang bisa mencegah gumpalan darah terurai. Tetapi mereka belum berhasil membujuk para dokter untuk menguji coba obat itu untuk mengobati Pendarahan Pasca Persalinan.
Perguruan Tinggi “The London School of Hygiene and Tropical Medicine” melakukan uji coba yang melibatkan 20.000 perempuan di 21 negara terutama di Afrika dan Asia. Hasilnya menunjukkan tranexamic acid mengurangi risiko meninggal dunia karena pendarahan sampai sepertiga, tanpa efek samping bagi ibu atau bayi.
Dokter Nike Bello seorang konsultan obstetric dan ginekologi di Nigeria mengatakan, "Apabila obat bisa mencegah histerektomi, kematian, dan meminimalisir jumlah darah yang dibutuhkan, maka itu adalah hal yang baik, di seluruh dunia."
Tetapi ada tantangan untuk menyalurkan obat itu kepada yang membutuhkan. Pertama, para dokter harus memahami efektivitasnya, kata profesor Ian Roberts, yang memimpin riset terbaru itu.
"Kami ingin semua orang mendengar hasilnya. Tapi kemudian ada isu-isu kecil. Apakah pengobatan itu tersedia di rumah sakit? Apakah para dokter dan bidan tahu cara menggunakannya? Apakah tahan panas sehingga tidak perlu disimpan dalam kulkas? Biayanya tidak mahal, hanya sekitar sedolar. Dan jangan sampai ada anak yang hidup tanpa seorang ibu karena tidak mendapatkan pengobatan yang biayanya hanya sedolar," jelas Roberts.
Dalam uji coba itu, tranexamic acid diberikan lewat pembuluh darah. Para periset mengatakan langkah berikutnya adalah mencari cara yang lebih mudah untuk menyalurkan obat itu sehingga bisa digunakan di klinik-klinik dan pedesaan di seluruh dunia. [vm/al]