Obat-obatan untuk para sandera yang ditawan militan Hamas di Gaza dijadwalkan dikirim hari Rabu (17/1) berdasarkan kesepakatan yang diperantarai Prancis dan Qatar.
Prancis mengatakan obat-obatan tersebut ditujukan untuk 45 sandera yang mengidap penyakit kronis, dan pengirimannya akan dilakukan dengan bantuan Palang Merah Internasional.
Qatar mengatakan kesepakatan itu juga mencakup obat dan bantuan kemanusiaan lainnya untuk warga sipil Palestina di Jalur Gaza.
Militan Hamas menculik sekitar 240 orang dalam serangan 7 Oktober ke Israel, yang menurut penghitungan Israel juga menewaskan sekitar 1.200 orang. Israel memulai serangan militernya untuk melenyapkan Hamas setelah serangan itu.
Lebih dari 100 sandera dibebaskan dalam gencatan senjata sementara pada bulan November, tetapi sekitar 130 diyakini masih ditahan Hamas di Gaza.
AS, Selasa (16/1) mengatakan berharap pembicaraan yang diperantarai Qatar dapat mengarah ke kesepakatan baru untuk membebaskan para sandera dengan imbalan gencatan senjata dalam pertempuran antara Hamas dan Israel.
“Saya tidak ingin berbicara terlalu banyak secara terbuka di sini sementara kami mengadakan pembicaraan ini, tetapi kami berharap ini dapat membuahkan hasil, memberi hasil segera,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada para wartawan dalam pengarahan di Gedung Putih.
Perang berlanjut hari Rabu dengan militer Israel mengatakan telah membunuh enam orang Palestina, termasuk seorang perwira Hamas yang katanya bertanggung jawab menginterogasi tersangka mata-mata di Gaza Selatan.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan bahwa pada satu hari terakhir, pasukan Israel telah menewaskan 163 orang di wilayah kantong Palestina itu, meningkatkan jumlah korban perang menjadi 24.448, angka yang mencakup anggota Hamas dan warga sipil.
Sejak perang dimulai pada Oktober lalu, pasukan Israel juga telah membunuh lebih dari 350 orang Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat, kata Kementerian Kesehatan Palestina. Kematian itu kebanyakan berlangsung selama protes dan serangan militer Israel.
Militer Israel, Rabu (17/1) mengatakan melancarkan serangan udara yang menewaskan seorang militan senior Palestina di kota Nablus, Tepi Barat. Militer menuduh Ahmed Abdullah Abu Shalal bertanggung jawab merencanakan banyak serangan terhadap warga Israel di Yerusalem. Empat lainnya tewas dalam serangan di kamp pengungsi Balata, kata militer Israel.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pasukan Israel menghalangi personel medis memasuki lokasi serangan udara untuk mengevakuasi korban luka, termasuk mengarahkan tembakan ke timnya.
Organisasi itu juga mengatakan pasukan Israel menghalangi tim-tim ambulans memasuki kamp pengungsi Tulkarem di Tepi Barat setelah penembakan Israel di sana mencederai banyak orang.
Belum ada komentar dari Israel mengenai tuduhan Palestina itu. [uh/ab]