Negara bagian Oklahoma di AS bersiap melakukan eksekusi terhadap seorang pria, yang dihukum karena penembakan dan pembunuhan dua orang di kota Oklahoma lebih dari dua dekade yang lalu.
Michael Dewayne Smith, yang berusia 41 tahun, dijadwalkan untuk menerima suntikan mematikan pada Kamis (4/4), setelah divonis bersalah dan dihukum mati atas pembunuhan Janet Moore, 41 tahun, dan Sharath Pulluru, 22 tahun, dalam dua penembakan terpisah pada Februari 2002.
Smith akan menjadi orang pertama yang dieksekusi di Oklahoma tahun ini dan narapidana ke-12 yang menjalani hukuman mati sejak negara bagian itu melanjutkan lagi praktik hukuman mati pada 2021, setelah tujuh tahun tidak dilaksanakan, sebagai dampak dari berbagai persoalan terkait eksekusi mati pada 2014 dan 2015.
Mahkamah Agung AS pada Kamis pagi menolak penundaan eksekusi yang diminta oleh pengacara Smith. Pengacara beralasan, pengakuan Smith pada polisi tidak cukup kuat.
BACA JUGA: Alabama Eksekusi Mati Seorang Pria dengan Gas NitrogenDalam sebuah sidang grasi bulan lalu, Smith mengungkapkan “permintaan maaf dan kesedihan terdalam kepada keluarga-keluarga” para korban, tetapi menyangkal bahwa dia bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
“Saya tidak melakukan kejahatan ini. Saya tidak membuhuh orang-orang ini,” kata Smith, yang sesekali menangis selama penyataan sepanjang 15 menit kepada majelis, yang menolak memberikan pengampunan dengan perbandingan suara 4-1.
“Saya sedang dalam pengaruh narkoba. Saya bahkan tidak ingat ketika ditangkap,” tambah dia.
Jaksa mengatakan, Smith adalah anggota geng yang kejam yang membunuh kedua korban dalam upaya balas dendam yang keliru, dan mengakui keterlibatannya dalam pembunuhan itu kepada polisi dan dua orang yang lain.
Mereka mengklaim bahwa Smith membunuh Moore karena dia sedang mencari anaknya. Smith sebelumnya salah mengira, bahwa anak Moore telah membocorkan keberadaannya kepada polisi.
Setelah itu, jaksa mengatakan bahwa Smith membunuh Pulluru, seorang kasir toko yang menurut Smith tidak menghormati gengnya, ketika diwawancara oleh seorang reporter surat kabar.
Pengacara Smith, Mark Henricksen, berlasan bahwa Smith memiliki disabilitas intelektual, sebuah kondisi yang diperburuk oleh pemakaian narkoba selama bertahun-tahun. Pengacara juga mengatakan bahwa hidup Smith harus diselamatkan dan dia seharusnya diizinkan untuk menghabiskan sisa umurnya di penjara. Henrickson mengatakan bahwa Smith berada dalam keadaan mabuk karena PCP, ketika dia mengaku kepada polisi dan bahwa unsur-unsur kunci dari pengakuannya itu tidak didukung oleh sejumlah fakta. [ns/rd]