Oposisi di Bangladesh menyerukan aksi mogok 48 jam, Sabtu malam (4/1), menjelang diselenggarakannya pemilu nasional yang akan diselenggarakan Minggu (5/1) di negara itu.
Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) mengatakan akan memboikot pemilu hari Minggu (5/1), sebuah langkah yang meremehkan legitimasi pemilu itu.
Partai Liga Awami yang berkuasa dipastikan akan menjadi pemenang pada pemilu itu tanpa partisipasi BNP.
Boikot dan gerakan-gerakan anti pemerintah yang dilancarkan oposisi kemungkinan akan memicu gelombang kekerasan politik yang telah menewaskan lebih dari 150 orang dalam beberapa bulan terakhir.
BNP dan beberapa sekutunya menginginkan PM Sheikh Hasina mundur dan menunjuk penjabat pemerintah yang netral untuk memantau pemilu. PM itu menolak untuk mundur.
Pemimpin BNP Khaleda Zia, yang mantan PM, menyebut pemilu hari Minggu itu sebuah banyolan dan menuduh pemerintah mendalangi penahanan rumah terhadap dirinya.
Puluhan ribu tentara telah dikerahkan di berbagai penjuru Bangladesh untuk mencegah gelombang kekerasan politik.
Amerika, Uni Eropa dan Perhimpunan Negara-negara Persemakmuran telah menolak mengirim pengamat mereka untuk memantau pemilu itu.
Partai Liga Awami yang berkuasa dipastikan akan menjadi pemenang pada pemilu itu tanpa partisipasi BNP.
Boikot dan gerakan-gerakan anti pemerintah yang dilancarkan oposisi kemungkinan akan memicu gelombang kekerasan politik yang telah menewaskan lebih dari 150 orang dalam beberapa bulan terakhir.
BNP dan beberapa sekutunya menginginkan PM Sheikh Hasina mundur dan menunjuk penjabat pemerintah yang netral untuk memantau pemilu. PM itu menolak untuk mundur.
Pemimpin BNP Khaleda Zia, yang mantan PM, menyebut pemilu hari Minggu itu sebuah banyolan dan menuduh pemerintah mendalangi penahanan rumah terhadap dirinya.
Puluhan ribu tentara telah dikerahkan di berbagai penjuru Bangladesh untuk mencegah gelombang kekerasan politik.
Amerika, Uni Eropa dan Perhimpunan Negara-negara Persemakmuran telah menolak mengirim pengamat mereka untuk memantau pemilu itu.