Sejumlah organisasi guru akan mengajukan somasi kepada Kementerian Pendidikan karena memberlakukan kurikulum yang belum dipahami banyak guru.
JAKARTA —
Federasi Serikat Guru Indonesia dan Federasi Guru Independen Indonesia mengatakan akan mengajukan somasi atau surat peringatan terhadap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait kurikulum 2013 yang baru diberlakukan secara bertahap.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti mengatakan, banyak guru yang belum siap melaksanakan kurikulum 2013 ini sehingga pelaksanaannya harus ditunda.
Menurut Retno, ketidaksiapan ini terlihat dari nilai tes akhir instruktur nasional yang rata-rata hanya memperoleh 63,92 poin pada saat pelatihan yang diberikan Kementerian selama lima hari.
Dia memperkirakan pelaksanaan kurikulum 2013 itu tidak akan berjalan dengan baik dan juga tidak dapat menghasilkan murid yang berkualitas, karena banyak guru dan pejabat sekolah yang tidak paham apa sesungguhnya perubahan dalam kurikulum 2013.
“Bisa kita prediksi kegagalan sangat terbayang di depan mata. Pelatihan guru SD juga harus dicermati prosesnya maupun prakteknya karena menerapkan tematik integratif tidaklah mudah. Belanda saja gagal menjalankan itu. Kok kita begitu percaya dirinya dalam waktu lima hari seolah-olah guru bisa melaksanakan ini,” ujarnya pada VOA Selasa (16/7).
Berlainan dengan kurikulum sebelumnya dimana murid hanya dicekoki materi dan banyak menghafal, kurikulum 2013 ini sebetulnya lebih tematik secara pengajaran. Murid didorong untuk lebih mengeksplorasi, aktif bertanya dan menganalisa.
Namun pengamat pendidikan Romo Benny Susetyo mengatakan kurikulum baru tidak menjawab persoalan dasar pendidikan Indonesia yaitu kualitas guru.
Memaksakan guru yang tidak siap hanya akan membawa bencana dalam dunia pendidikan Indonesia, ujarnya, sambil menambahkan bahwa dalam hal ini yang menjadi korban sudah jelas para siswa.
“Persoalan yang mendasar pendidikan kita itu adalah persoalan tentang kualitas guru. Selama mentalitas guru tetap pawang dan mentor, maka guru tidak akan berkembang dan guru tidak akan berfikir kritis, guru hanya mengikuti apa yang disebut desain kurikulum itu. Cerdas bangsa hanya bisa dimulai dengan pembenahan sistem pendidikan itu, maka guru harus dikembalikan kembali guru harus diasramakan, guru harus mendapatkan pendidikan, guru juga harus mendapatkan cara mengajar,” ujar Benny.
Hasil survei yang dilakukan Federasi Serikat Guru Indonesia di 20 daerah menyatakan kualitas guru tidak pernah dibangun secara sungguh-sungguh. Sebanyak 62 persen tak pernah ikut pelatihan hingga mau masuk masa pension
Sementara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menyatakan pihaknya akan serius melakukan monitoring dan evalusi kepada guru-guru se Indonesia pasca pelatihan kurikulum 2013.
Muhammad Nuh mengatakan kurikulum 2013 ini disiapkan unttuk membangun secara personal peserta didik dalam sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Saat ini ada sekitar 4000 an sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 ini.
“Bahwa kurikulum ini diterapkan secara bertahap, belum semua kabupaten kota yang menerapkan kurikulum 2013 ini,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti mengatakan, banyak guru yang belum siap melaksanakan kurikulum 2013 ini sehingga pelaksanaannya harus ditunda.
Menurut Retno, ketidaksiapan ini terlihat dari nilai tes akhir instruktur nasional yang rata-rata hanya memperoleh 63,92 poin pada saat pelatihan yang diberikan Kementerian selama lima hari.
Dia memperkirakan pelaksanaan kurikulum 2013 itu tidak akan berjalan dengan baik dan juga tidak dapat menghasilkan murid yang berkualitas, karena banyak guru dan pejabat sekolah yang tidak paham apa sesungguhnya perubahan dalam kurikulum 2013.
“Bisa kita prediksi kegagalan sangat terbayang di depan mata. Pelatihan guru SD juga harus dicermati prosesnya maupun prakteknya karena menerapkan tematik integratif tidaklah mudah. Belanda saja gagal menjalankan itu. Kok kita begitu percaya dirinya dalam waktu lima hari seolah-olah guru bisa melaksanakan ini,” ujarnya pada VOA Selasa (16/7).
Berlainan dengan kurikulum sebelumnya dimana murid hanya dicekoki materi dan banyak menghafal, kurikulum 2013 ini sebetulnya lebih tematik secara pengajaran. Murid didorong untuk lebih mengeksplorasi, aktif bertanya dan menganalisa.
Namun pengamat pendidikan Romo Benny Susetyo mengatakan kurikulum baru tidak menjawab persoalan dasar pendidikan Indonesia yaitu kualitas guru.
Memaksakan guru yang tidak siap hanya akan membawa bencana dalam dunia pendidikan Indonesia, ujarnya, sambil menambahkan bahwa dalam hal ini yang menjadi korban sudah jelas para siswa.
“Persoalan yang mendasar pendidikan kita itu adalah persoalan tentang kualitas guru. Selama mentalitas guru tetap pawang dan mentor, maka guru tidak akan berkembang dan guru tidak akan berfikir kritis, guru hanya mengikuti apa yang disebut desain kurikulum itu. Cerdas bangsa hanya bisa dimulai dengan pembenahan sistem pendidikan itu, maka guru harus dikembalikan kembali guru harus diasramakan, guru harus mendapatkan pendidikan, guru juga harus mendapatkan cara mengajar,” ujar Benny.
Hasil survei yang dilakukan Federasi Serikat Guru Indonesia di 20 daerah menyatakan kualitas guru tidak pernah dibangun secara sungguh-sungguh. Sebanyak 62 persen tak pernah ikut pelatihan hingga mau masuk masa pension
Sementara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menyatakan pihaknya akan serius melakukan monitoring dan evalusi kepada guru-guru se Indonesia pasca pelatihan kurikulum 2013.
Muhammad Nuh mengatakan kurikulum 2013 ini disiapkan unttuk membangun secara personal peserta didik dalam sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Saat ini ada sekitar 4000 an sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 ini.
“Bahwa kurikulum ini diterapkan secara bertahap, belum semua kabupaten kota yang menerapkan kurikulum 2013 ini,” ujarnya.