Dugaan kebocoran dokumen rahasia Gaza yang melibatkan ajudan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengguncang politik Israel dan memicu kemarahan keluarga sandera Hamas, yang telah lama mendesak tercapainya kesepakatan agar dapat anggota keluarga mereka dapat dibebaskan. Keluarga-keluarga tersebut telah lama mendesak tercapainya kesepakatan agar dapat anggota keluarga mereka dapat dibebaskan.
Detail mengenai kasus dugaan kebocoran hanya dapat diungkap secara bertahap karena adanya pembatasan untuk berbicara
Namun, keputusan hakim yang mengurangi perintah larangan itu memberikan gambaran awal tentang kasus tersebut. Pengadilan menyebut bahwa dugaan kebocoran itu telah membahayakan sumber keamanan dan kemungkinan mengganggu upaya Israel dalam membebaskan para sandera.
"Informasi intelijen yang bersifat rahasia dan sensitif diambil secara ilegal dari sistem IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dan bocor keluar," ungkap putusan Pengadilan Magistrat Rishon Le-Zion pada Minggu (3/11). Hal tersebut ditengarai akan memicu "kerusakan serius terhadap keamanan negara dan menimbulkan risiko bagi sumber informasi."
Pengadilan menyatakan bahwa kebocoran tersebut berpotensi merusak upaya pembebasan para sandera.
Netanyahu menolak tuduhan bahwa staf kantornya melakukan kesalahan. Ia pada Sabtu (3/11) mengaku baru mengetahui tentang dokumen yang bocor tersebut dari berita media.
Keempat tersangka tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Salah satu dari para tersangka itu satu juru bicara dari lingkaran Netanyahu dan tiga di lainnya anggota lembaga keamanan.
Menurut surat kabar Israel Haaretz, dokumen tersebut dipublikasikan oleh surat kabar Bild Jerman pada 6 September. Haaretz adalah salah satu media yang mengajukan banding ke pengadilan untuk mencabut perintah pembungkaman terkait informasi tersebut.
BACA JUGA: AS Selidiki Pembocoran Dokumen Rahasia Terkait Rencana Serangan IsraelArtikel yang dianggap eksklusif tersebut membeberkan strategi negosiasi Hamas.
Pada saat itu, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir sedang memediasi pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang mencakup rencana pembebasan para sandera yang ditahan di Gaza.
Namun, pembicaraan tersebut terhenti karena Israel dan Hamas saling menuding sebagai penyebab kegagalan negosiasi, dan artikel tersebut sebagian besar sesuai dengan tuduhan Netanyahu terhadap Hamas terkait hal itu.
Artikel tersebut dipublikasikan beberapa hari setelah enam sandera Israel ditemukan dieksekusi di terowongan Hamas di Gaza selatan. Pembunuhan itu memicu protes besar di Israel dan memantik kemarahan keluarga sandera, yang menuduh Netanyahu menghambat perundingan gencatan senjata demi kepentingan politik.
Pada Sabtu, beberapa keluarga mendesak pencabutan perintah pembungkaman tersebut. [ah/rs]