Untuk pertama kalinya, Selasa (22/10), Biro Penyidik Federal FBI dalam pernyataan tertulis mengatakan sedang menyelidiki perilisan dokumen rahasia yang tidak sah tentang persiapan Israel untuk melakukan serangan balasan terhadap Iran. “Kami bekerja sama dengan mitra-mitra kami di Departemen Pertahanan dan komunitas intelijen.” Belum ada rincian lebih lanjut tentang hal ini.
Juru bicara Pentagon Mayjen. Pat Ryder dalam press briefing Selasa siang (22/10) mengkonfirmasi penyelidikan yang sedang dilakukan FBI, dan menambahkan bahwa pihak Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah berkomunikasi dengan Israel dan mitra-mitranya tentang hal ini.
Pat Ryder tidak bersedia mengomentari lebih jauh penyelidikan yang sedang dilakukan FBI, tetapi ia dengan tegas membantah informasi yang beredar di dunia maya tentang keterlibatan seorang kepala staf yang bekerja untuk wakil menteri pertahanan bagi operasi khusus dalam insiden kebocoran dokumen ini.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre, Senin (21/10) menggarisbawahi keyakinan penuh Presiden Biden pada badan-badan yang menangani kebocoran dokumen ini.
Kantor berita Associated Press, Sabtu lalu (19/10) melaporkan para pejabat Amerika Serikat sedang menyelidiki perilisan tersebut.
Dokumen-dokumen rahasia yang dirilis itu dikaitkan dengan Badan Intelijen Geospasial Nasional dan Badan Keamanan Nasional; di mana dipaparkan bahwa Israel masih memindahkan aset-aset militer untuk melakukan serangan militer sebagai tanggapan atas serangan rudal balistik Iran pada tanggal 1 Oktober. Dokumen-dokumen tersebut dibagikan dalam “Five Eyes,” sebuah aliansi intelijen yang terdiri dari Amerika, Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan Australia.
Ditandai sangat rahasia, dokumen-dokumen itu pertama kali muncul di dunia maya, Jumat (20/10) di aplikasi Telegram, yang dengan cepat menyebar ke saluran-saluran Telegram yang populer di kalangan warga Iran.
Bocornya dokumen rahasia Amerika Serikat ini bukan yang pertama. Kebocoran dokumen rahasia serupa tahun lalu sempat membuat hubungan Amerika Serikat dengan sekutu dan mitra-mitranya – termasuk Korea Selatan dan Ukraina – menjadi tegang. Ketika itu salah seorang anggota Garda Nasional Angkatan Udara berusia 21 tahun, Jack Teixeira, mengunggah informasi yang sangat rahasia di platform media sosial Discord. FBI bergerak cepat mengidentifikasi Teixeira, yang telah meninggalkan jejak elektronik dan ikut membantu para penyelidik mempersempit fokus mereka. Texeira saat ini sedang menjalani hukuman 16 tahun penjara atas pembocoran dokumen itu.
Setelah insiden itu Pentagon mengatakan mereka telah mempersempit jumlah orang yang memiliki akses ke dokumen-dokumen tertentu. [em/lt]
Forum