Pakar: KA Cepat Solusi Penghematan Jangka Panjang

  • R.Teja Wulan

Peta rute jalur kereta cepat Jakarta-Bandung (VOA/Wulan).

Di tengah berbagai kritikan, banyak pula pihak yang meyakini bahwa keberadaan kereta cepat di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan transportasi antarkota.

Indonesia akan segera memiliki kereta api cepat. Peletakan batu pertama atau groundbreaking megaproyek kereta api cepat rute Jakarta-Bandung telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis lalu (21/1).

Pakar transportasi di Institut Teknologi Bandung (ITB) Harun Al Rasyid S. Lubis mengatakan proyek kereta api cepat adalah proyek nomor satu di dunia. Beberapa negara yang sudah memiliki proyek ini antara lain Jepang, China, Spanyol, Italia, Jerman, Korea Selatan dan Taiwan. Isu ini juga selalu menjadi pembahasan dalam pertemuan kenegaraan maupun antar badan swasta dunia, karena dalam jangka panjang dinilai akan menghemat banyak anggaran.

Pemborosan akibat kemacetan lalu lintas sangat tinggi

Berdasarkan hasil penelitian PT Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB, pemborosan akibat kemacetan lalu lintas di sejumlah kota besar sangat tinggi. Di Jakarta setiap tahunnya terjadi pemborosan hingga 70 triliun rupiah, demikian pula di Bandung yang mencapai 27 trilyun rupiah per tahun. Jika dihitung secara nasional, pemborosan akibat kemacetan lalu lintas di Indonesia dalam setahun bisa mencapai 250 triliun rupiah. Besarnya pemborosan itu membuat proyek kereta api cepat menjadi prioritas di hampir semua negara.

“Kereta cepat di dunia sedang banyak dibangun dan disiapkan. Dalam berbagai pertemuan regional, kereta cepat pasti jadi topik pembicaraan. Proyek nomor satu di dunia adalah kereta cepat. Kenapa? Jadi dengan kereta cepat kita bicara penghematan dalam jangka panjang, khususnya energi,” ungkap Harun Al Rasyid.

KA Cepat hemat energi 8,5 kali dibanding moda transportasi lain

Harun menambahkan sebenarnya pembangunan kereta api cepat di Indonesia sudah ada dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional tahun 2025. Dalam rencana induk itu, Indonesia sedianya akan membangun kereta api cepat Jakarta-Surabaya yang akan menghubungkan beberapa kota besar. Sebagai salah satu fasilitas transportasi kategori premium, kereta cepat akan bersaing dengan pesawat terbang dan transportasi darat yang dikelola biro perjalanan.

Harun yakin pengguna kedua moda transportasi tersebut akan beralih menggunakan kereta cepat karena lebih efisien dalam hal waktu. Jika nanti sudah terealisasi, maka penghematan energi yang dihasilkan oleh kereta cepat tidak tanggung-tanggung, yakni bisa mencapai 8,5 kali dibanding moda transportasi lain dalam hal kemampuan mengangkut penumpang.

“Kereta cepat sesungguhnya menyedot penumpang pesawat terbang. Energi yang sama dibandingkan pesawat dan kereta cepat. Kereta cepat bisa mengangkut 8,5 kali lipat dibanding pesawat. Jadi dihitung-hitung, energinya hampir sama tapi bisa mengangkut 8,5 kali orang lebih banyak. Sekarang Jakarta-Bandung naik kereta 3 jam 15 menit. Naik mobil 1-2 jam. Kalau siang macet banget, maksimal bisa sampai 4-10 jam. Kalau ada kereta cepat meskipun agak mahal sedikit tapi lebih cepat. Memang kelasnya premium, sehingga tidak bersaing dengan bus,” demikian menurut Harun Al Rasyid. [tw/em]