Pakar: Kegagalan Bereaksi Cepat Picu Merebaknya Krisis Ebola

H.E. Bockari Stevens, Dubes Sierra Leone untuk AS dan Malonga Miatudila, pakar Ebola dalam diskusi terkait wabah Ebola di Washington DC (19/11).

Dr. Malonga Miatudila turut mengidentifikasi penyakit Ebola sejak tahun 1976. Dalam 40 tahun ini, telah terjadi 25 kali wabah, dan tidak ada yang berlangsung lebih dari tiga bulan.

Pengakhiran wabah Ebola sekarang di Afrika Barat akan memerlukan koordinasi sumberdaya, ketrampilan, dan bahan kebutuhan kawasan itu yang lebih baik, serta diagnosa dan pengobatan yang cepat. Itulah pesan di sebuah pertemuan langsung mengenai penyakit itu yang disponsori oleh Voice of America.

Beberapa pakar membicarakan kecepatan mengidentifikasi dan mengobati Ebola. Dr. Malonga Miatudila turut mengidentifikasi penyakit itu tahun 1976. Dalam 40 tahun ini, ia mengatakan telah terjadi 25 kali wabah, dan tidak ada yang berlangsung lebih dari tiga bulan.

Dr. Miatudila mengatakan kegagalan masyarakat kesehatan umum di seluruh dunia untuk dengan cepat ber-reaksi terhadap krisis itu membuatnya lebih gawat daripada wabah-wabah sebelumnya.

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan telah terjadi peningkatan tajam dalam jumlah penderita di Sierra Leone, termasuk 421 penderita baru dilaporkan pekan lalu.

Pekan ini, negara yang paling gawat dilanda di Afrika Barat, Liberia, menetapkan sasaran untuk tidak ada penderita baru sampai Natal, tanggal 25 Desember.

Salah seorang panelis, Dr. Rick Sacra, adalah warga Amerika yang ketiga tertular Ebola ketika bekerja di Afrika. Segera setelah ia mengalami gejala yang pertama, Sacra dites dan diangkut dengan pesawat ke Amerika untuk pengobatan. Dengan perawatan medis moderen di sebuah rumah sakit di Nebraska, Sacra selamat, dan mengatakan ia sangat berterima kasih atas tanggapan yang cepat.

Sejak penderita pertama dalam wabah terbaru Ebola dilaporkan bulan Maret, virus maut itu telah menginfeksi kira-kira 14,500 orang di Liberia, Sierra Leone dan Guinea. Lebih dari 5.400 orang dari mereka telah meninggal dunia.

Walaupun telah ada beberapa penderita di tempat lain di dunia, termasuk Amerika Serikat, ketiga negara Afrika itu tetap sebagai pusat wabah tersebut.

Di negara-negara dimana Ebola terus menyebar, para pembicara dalam diskusi langsung tadi mengatakan salah satu tantangan paling besar adalah membujuk para anggota keluarga dan teman orang yang telah meninggal dunia untuk meninggalkan praktek pemakaman tradisional, yang membuat mereka bersentuhan dengan jenazah orang yang mereka kasihi – dan virus tersebut.