Pakar Satwa Liar Amerika Gigih Selamatkan Populasi Macan Tutul

  • Julie Taboh

Laurie Marker, pendiri dan pimpinan eksekutif Dana Pelestarian Macan Tutul, berpose dengan Chewbaaka, macan tutul yang dipeliharanya sejak 16 tahun lalu.

Menurun tajamnya populasi macan tutul di Afrika dan Asia mendorong seorang pakar satwa liar Amerika mengabdikan hidupnya untuk menyelamatkan macan tutul dari kepunahan.

Sejak zaman kuno, orang mengagumi kecantikan dan keanggunan macan tutul serta kehebatannya berlari yang mampu mencapai 110 kilometer per jam.

Tapi, kini spesies yang hidup di Afrika, India, dan negara-negara Asia lainnya berkurang jumlahnya hingga hanya sepuluh ribu ekor, terutama di 24 negara Afrika. Untungnya, ada Dr. Laurie Marker.

Ia mengatakan, "Saya mulai melakukan proyek pelestarian macan tutul ini, sewaktu saya tinggal di Oregon, mengurus taman margasatwa di sana. Waktu itu awal tahun 1970-an, tidak seorangpun tahu tentang macan tutul dan saya kagum melihat binatang itu. Banyak orang yang saya tanyai, mengatakan bahwa kalau saya menemukan sesuatu tentang macan tutul mereka minta diberi tahu. Macan tutul tidak tetap tinggalnya, umur mereka pendek dan mereka mati di berbagai taman margasatwa di seluruh dunia. Itulah yang membuat saya tergugah dan ingin tahu segalanya tentang macan tutul”.

Marker melawat ke Namibia untuk mempelajari spesies itu. Afrika bagian Selatan adalah wilayah terbesar bagi populasi macan tutul.

“Sangatlah penting mengerti tentang bagaimana macan tutul hidup. Jadi, mengerti tentang biologi dan tingkah-laku mereka, mengerti lingkungannya, bagaimana kehidupannya dan hubungannya dengan manusia," papar Marker.

Pada tahun 1990, Marker membentuk Dana Pelestarian Macan Tutul (CCF), sebuah organisasi nirlaba yang bermarkas besar di Namibia yang melakukan penelitian dan menawarkan program-program pendidikan. Badan tersebut membangun strategi untuk memerangi ancaman terbesar bagi macan tutul, termasuk konfliknya dengan peternak. Macan tutul dibenci peternak, karena memakan binatang ternak mereka, seperti domba dan kambing, yang digembalakan di padang rumput Afrika, maka banyak macan tutul dibunuh mereka. Oleh karena itu, Marker mulai bekerja dengan masyarakat peternak setempat untuk menemukan cara melindungi binatang ternak dari macan tutul.

Pada tahun 1994 Marker memperkenalkan Anatolian Shepherd, sejenis anjing herder dari Turki, kepada para peternak itu. Marker kini memelihara dan melatih anjing-anjing pelindung itu sebagai penjaga ternak.

Marker mengatakan, "Anjing asal Turki ini telah digunakan sekitar lima ribu tahun lalu untuk melindungi ternak dari binatang buas. Anjing-anjing itu menjadi pelindung, mengusir binatang buas dengan menyalak keras untuk mengirim pesan bahwa mereka melindungi ternak, dan anjing-anjing yang menyalak itu mengitari kawanan ternak. Binatang buas tidak mau berurusan dengan anjing-anjing itu karena takut terluka, maka mereka menghindari kawanan ternak yang dikitari oleh anjing-anjing itu”.

Lebih dari 15 tahun, CCF telah mengembangbiakkan dan menyumbangkan lebih dari 400 anjing kepada para petani ternak di Namibia. Mereka melaporkan, hasilnya, 80 persen binatang ternak selamat dan macan tutul segan mengganggu binatang ternak lagi.

"Dulu waktu saya berada di Namibia populasi macan tutul sekitar seribu sampai seribu 500 ekor. Kini, jumlahnya mungkin 3.500 atau 4.000 ekor. Jadi, kami berhasil menambah jumlah macan tutul. Jumlah itu di luar populasi macan tutul di dunia yang berjumlah sekitar 10 ribu ekor,” papar Marker lebih lanjut.

Marker ingin terus menambah jumlah populasi macan tutul itu dengan memperluas program CCF ke negara-negara lain di mana jumlah macan tutul banyak. Sekarang Laurie Marker dianggap sebagai seorang pakar utama macan tutul dunia. Marker melawat ke seluruh dunia memberikan pengarahan dan menggalang dana untuk meningkatkan kesadaran tentang binatang yang punya kharisma namun terancam kepunahan ini.