Pakistan Larang "Adegan Ranjang" di Acara TV

Foto yang diambil pada 18 Oktober 2017 menunjukkan aktris Pakistan Rubian Ashraf (kiri) dan aktor Ali Abbas tengah syuting serial drama 'Mein Maa Nahi Banna Chahti' (Aku Tidak Mau Jadi Ibu) di Karachi. Serial drama bertema isu sosial di Pakistan sangat populer di negara itu.

Televisi Pakistan mungkin tidak lagi bisa menayangkan adegan "mesra" atau "adegan ranjang", seperti yang diumumkan oleh badan regulasi media negara tersebut. Badan tersebut juga mengeluhkan terlalu banyaknya konten feminis dan memperingatkan bahwa "tema-tema seronok" seperti itu menyinggung penonton.

Otorita Regulasi Media Elektronik Pakistan (PEMRA) mengeluarkan peringatan tersebut pada hari Selasa (8/1) dan menyerukan saluran-saluran televisi untuk menghormati peraturan bagi media yang sudah berlaku selama ini dan tidak menyiarkan tayangan yang bertolak belakang dengan "keadaan masyarakat Pakistan yang sebenarnya", seperti yang dilaporkan oleh AFP.

"Maraknya tren tema-tema seronok dalam industri drama Pakistan telah dikeluhkan oleh publik," kata PEMRA dalam sebuah pernyataan tertulis yang mereka rilis.

"Adegan/dialog tidak senonoh, hubungan di luar nikah, kekerasan, pakaian yang tidak sopan, adegan perkosaan, adegan bercumbu, adegan ranjang, penggunaan narkoba dan alkohol, momen-momen intim antara pasangan digambarkan secara glamor dan mengabaikan budaya dan nilai-nilai Pakistan," lanjut PEMRA.

Acara drama dan opera sabun televisi Pakistan yang berupaya melawan hal-hal yang dianggap tabu oleh kalangan konservatif di negara tersebut yang sangat menjunjung tinggi patriarki, sangat populer, menurut data dari PEMRA dan Gallup Pakistan.

Acara tersebut kebanyakan menampilkan alur cerita yang menggambarkan masalah sosial seperti KDRT, kekerasan terhadap anak, misogyny atau anti-perempuan. Para aktivis tadinya memuji acara tersebut sebagai media yang kuat untuk membawa perubahan di Pakistan.

Tahun lalu, sebuah opera sabun mendramatisir kehidupan selebriti media sosial Qandeel Baloch, yang dikenal karena foto-foto selfienya provokatif dan akhirnya dibunuh oleh saudara laki-lakinya pada 2016, menjadi acara yang paling populer.

Qandeel Baloch

Acara-acara lain yang menyoroti masalah "pembunuhan demi kehormatan keluarga" dan kawin paksa juga banyak disukai, walaupun sempat dikecam di media sosial, dan banyak orang menuduh media televisi menyebarkan kevulgaran dan merusak nilai-nilai sosial.

Dalam pernyataannya PEMRA menyebutkan acara drama seperti itu "menggambarkan citra usang perempuan dan membatasi mereka dengan hanya mengangkat isu-isu feminis...dan tidak menghiraukan anak-anak, remaja dan pria". [dw/ft]