Presiden Pakistan berada di Iran, meresmikan pembangunan pipa saluran baru yang memasok gas alam ke Pakistan. Proyek itu beresiko menimbulkan sanksi internasional karena menyangkut program nuklir Iran.
ISLAMABAD —
Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dan pemimpin Iran, Presiden Mahmoud Ahmadinejad meresmikan pembangunan pipa saluran bernilai milyaran dolar untuk menyalurkan gas alam ke Pakistan yang sangat membutuhkannya.
Upacara pencangkulan tanah pertama dilakukan di perbatasan kedua negara, meskipun ada keprihatinan serius dari Amerika Serikat.
Amerika telah mengenakan sejumlah sanksi terhadap Iran dan negara-negara yang kedapatan berurusan dengan Iran, karena program nuklirnya.
Tetapi Jurubicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Moazzam Khan menjelaskan kebutuhan energi Pakistan mengungguli keprihatinan mengenai kemungkinan sanksi.
“Kami telah mengatakan berkali-kali bahwa Pakistan sangat kekurangan energi, ini demi kepentingan nasional kami untuk mengadakan proyek ini dan kami bertekad untuk menyelesaikan proyek ini,” kata Moazzam Khan.
Jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika, Victoria Nuland pekan lalu memperingatkan, kalau kerjasama itu terus dilakukan untuk pembangunan saluran pipa tersebut, hal itu akan menimbulkan “persoalan-persoalan serius”, berdasarkan Undang-Undang Sanksi Amerika terhadap Iran.
Ia mengatakan, Amerika bekerjasama dengan Pakistan mengenai sumber-sumber energi alternatif, seperti pembangunan saluran pipa gas dari Turkmenistan di Asia Tengah dan peningkatan penggunaan tenaga air.
Tetapi Presiden Zardari berkeras bahwa proyek bersama dengan Iran itu sangat penting di bidang ekonomi bagi Pakistan, dan hendaknya jangan dikenai sanksi.
“Dunia dan negara-negara lain telah memberi izin untuk melakukan bisnis walaupun ada sanksi- sanksi ini, jadi mengapa kami tidak boleh berurusan dengan dunia dan memastikan bahwa dunia memahami segi pandangan kami dan Pakistan memperoleh kebebasan untuk melakukan proyek ini,” kata Presiden Zardari.
Proyek pipa saluran itu sebenarnya telah digarap sejak tahun 1994. Timbul pertanyaan apakah desakan untuk membangun pipa saluran itu sekarang, hanya beberapa pekan sebelum pemerintah menghadapi pemilu nasional, lebih merupakan cara untuk memenangkan suara atau kebijakan yang sebenarnya.
Pakistan mengalami listrik padam tiap hari dan kekurangan energi yang terus menerus, merugikan perusahaan-perusahaan dan rumah-rumah, sejak beberapa tahun terakhir.
Para pejabat Pakistan mengatakan, pipa saluran gas itu akan berfungsi pada akhir tahun 2014.
Sekalipun Pakistan terus maju dengan proyek itu, tidak jelas bagaimana Pakistan akan membayar pembangunan pipa saluran sepanjang 780 kilometer dari perbatasannya di bagian barat dengan Iran, atau bagaimana negara itu akan menjamin keselamatan dan keamanan saluran itu yang akan melewati provinsi Baluchistan yang sering mengalami konflik.
Upacara pencangkulan tanah pertama dilakukan di perbatasan kedua negara, meskipun ada keprihatinan serius dari Amerika Serikat.
Amerika telah mengenakan sejumlah sanksi terhadap Iran dan negara-negara yang kedapatan berurusan dengan Iran, karena program nuklirnya.
Tetapi Jurubicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Moazzam Khan menjelaskan kebutuhan energi Pakistan mengungguli keprihatinan mengenai kemungkinan sanksi.
“Kami telah mengatakan berkali-kali bahwa Pakistan sangat kekurangan energi, ini demi kepentingan nasional kami untuk mengadakan proyek ini dan kami bertekad untuk menyelesaikan proyek ini,” kata Moazzam Khan.
Jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika, Victoria Nuland pekan lalu memperingatkan, kalau kerjasama itu terus dilakukan untuk pembangunan saluran pipa tersebut, hal itu akan menimbulkan “persoalan-persoalan serius”, berdasarkan Undang-Undang Sanksi Amerika terhadap Iran.
Ia mengatakan, Amerika bekerjasama dengan Pakistan mengenai sumber-sumber energi alternatif, seperti pembangunan saluran pipa gas dari Turkmenistan di Asia Tengah dan peningkatan penggunaan tenaga air.
Tetapi Presiden Zardari berkeras bahwa proyek bersama dengan Iran itu sangat penting di bidang ekonomi bagi Pakistan, dan hendaknya jangan dikenai sanksi.
“Dunia dan negara-negara lain telah memberi izin untuk melakukan bisnis walaupun ada sanksi- sanksi ini, jadi mengapa kami tidak boleh berurusan dengan dunia dan memastikan bahwa dunia memahami segi pandangan kami dan Pakistan memperoleh kebebasan untuk melakukan proyek ini,” kata Presiden Zardari.
Proyek pipa saluran itu sebenarnya telah digarap sejak tahun 1994. Timbul pertanyaan apakah desakan untuk membangun pipa saluran itu sekarang, hanya beberapa pekan sebelum pemerintah menghadapi pemilu nasional, lebih merupakan cara untuk memenangkan suara atau kebijakan yang sebenarnya.
Pakistan mengalami listrik padam tiap hari dan kekurangan energi yang terus menerus, merugikan perusahaan-perusahaan dan rumah-rumah, sejak beberapa tahun terakhir.
Para pejabat Pakistan mengatakan, pipa saluran gas itu akan berfungsi pada akhir tahun 2014.
Sekalipun Pakistan terus maju dengan proyek itu, tidak jelas bagaimana Pakistan akan membayar pembangunan pipa saluran sepanjang 780 kilometer dari perbatasannya di bagian barat dengan Iran, atau bagaimana negara itu akan menjamin keselamatan dan keamanan saluran itu yang akan melewati provinsi Baluchistan yang sering mengalami konflik.