Panel Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Jumat (13/8), merekomendasikan suntikan ketiga vaksin COVID-19 buatan Pfizer atau Moderna bagi beberapa kelompok yang memiliki sistem kekebalan yang lemah. Rekomendasi diberikan setelah adanya otorisasi, Kamis (12/8), dari Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA).
Komite Penasehat Layanan Imunisasi memberi suara 11-0 tentang masalah ini. Direktur CDC Rochelle Walensky harus memberikan persetujuan akhir.
CDC menyatakan mereka yang membutuhkan booster tidak memerlukan resep atau bukti dari penyedia layanan kesehatan terkait gangguan kekebalan yang mereka alami, Reuters melaporkan.
BACA JUGA: Lonjakan Varian Delta Ubah Sikap Warga AS Terhadap Vaksinasi“Itu berdasarkan persetujuan dari pasien dan tidak akan ada persyaratan sebagai bukti atau resep atau rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan masing-masing,” kata pejabat CDC Dr. Amanda Cohn saat berbicara di hadapan Komite Penasihat Layanan Imunisasi sebelum pemungutan suara dilakukan.
“FDA secara khusus menyadari bahwa orang-orang dengan gangguan kekebalan sangat berisiko terkena penyakit yang parah,” penjabat komisioner badan itu, Dr. Janet Woodcock, menjelaskan dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam.
Para ilmuwan kini memperdebatkan apakah akan menawarkan dosis ekstra vaksin COVID-19 kepada orang-orang tertentu yang mengalami gangguan kekebalan, seperti penerima transplantasi organ atau pasien kanker.
BACA JUGA: Inggris akan Tawarkan Vaksin Booster pada SeptemberSebuah studi baru-baru ini dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins, menemukan banyak pasien transplantasi memiliki sedikit atau tidak ada perlindungan antibodi setelah menerima dua dosis penuh vaksin COVID-19, tetapi suntikan ketiga dapat meningkatkan perlindungan mereka.
Mereka yang memenuhi syarat untuk suntikan ketiga harus menunggu setidaknya 28 hari setelah suntikan kedua. Masih belum jelas apakah atau kapan dosis ketiga itu dapat direkomendasikan bagi semua warga Amerika.
“Kami percaya cepat atau lambat Anda akan membutuhkan booster untuk meningkatkan daya tahan terhadap perlindungan” – tetapi saat ini belum, kata Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular utama pemerintah AS, kepada para wartawan minggu ini. [mg/pp]