Panel Kongres AS yang menyelidiki kerusuhan di gedung Capitol pada 6 Januari tahun lalu, pada Kamis (13/10), sepakat memberikan suara untuk memanggil mantan Presiden Donald Trump untuk bersaksi tentang perannya dalam memicu kekerasan dan upayanya untuk membalikkan kekalahannya dalam pemilihan 2020 yang ia lakukan selama berminggu-minggu.
“Kita perlu mendengar dari Donald Trump,” kata ketua komite, Anggota Kongres Bennie Thompson dari Mississippi. Dia mengatakan Trump perlu “menjawab atas tindakannya ... bagian dari rencananya untuk tetap berkuasa.”
“Kami memiliki kewajiban untuk melihat kesaksian Presiden Trump ... dalam pandangan penuh publik Amerika,” kata Thompson.
Wakil ketua komite, Anggota Kongres Liz Cheney dari Wyoming, mengatakan panel “harus melihat kesaksian pemain kunci dalam (serangan) 6 Januari” karena banyak ajudan Trump menolak untuk menjawab pertanyaan komite, dan malah memilih untuk menggunakan hak konstitusional mereka untuk tidak memberikan keterangan yang akan merugikan diri sendiri secara hukum.
Trump sendiri membantu kandidat asal Partai Republik lainnya untuk mengalahkan Cheney dalam upayanya untuk terpilih kembali menjadi anggota Kongres.
Kesembilan anggota komite dalam pemungutan suara yang disiarkan televisi itu mendukung pemanggilan terhadap Trump, mencari kesaksian dan dokumen yang mungkin dia miliki terkait dengan upayanya untuk tetap menjabat daripada mengakui bahwa dia telah kalah dari calon presiden asal Partai Demokrat Joe Biden, yang sekarang menjadi presiden ke-46 Amerika.
Pertanyaa kini menyeruak apakah Trump, seorang Republikan, akan bekerja sama dengan komite yang didominasi oleh anggota asal Partai Demokrat itu atau akan mencoba memblokir pemanggilan terhadapnya.
Juru bicara Trump, Taylor Budowich, mengatakan mantan presiden itu tidak akan terintimidasi oleh “retorika tak berguna atau tindakan anti Amerika” dalam pemungutan suara yang mengarah pada pemanggilan sang mantan presiden tersebut. Dalam sebuah cuitan, juru bicara itu juga menyebut bahwa anggota komite tersebut adalah orang-orang yang “getir, haus kekuasaan dan putus asa.” [lt/rs]