Pemerintah Biden, Senin (19/7), mengatakan akan mengevakuasi sekitar 2.500 warga Afghanistan yang bekerja bagi pemerintah Amerika Serikat (AS) – dan juga keluarga mereka – ke sebuah pangkalan militer di Virginia, menunggu persetujuan visa mereka.
Pemerintah Biden memberitahu Kongres bahwa mulai pekan depan warga Afghanistan itu akan ditempatkan di Fort Lee, sebuah pangkalan militer di selatan Richmond.
Awal bulan ini pemerintah Biden mengumumkan akan segera merelokasi warga Afghanistan yang mencari visa AS berdasarkan inisiatif yang dikenal sebagai “Operation Allies Regufe” atau “Operasi Perlindungan Sekutu.”
Kelompok warga Afghanistan yang akan ditempatkan di Fort Lee itu adalah sebagian kecil dari warga Afghanistan yang mencari perlindungan di AS. Sekitar 20.000 orang telah menunjukkan minat untuk mendaftar apa yang disebut sebagai “Visa Khusus Imigran” untuk pindah ke AS, tetapi sejauh ini hanya separuh yang dalam proses pemeriksaan dipertimbangkan untuk direlokasi.
Pengumuman itu disampaikan di tengah memuncaknya kekhawatiran akan keselamatan warga Afghanistan yang berfungsi sebagai penerjemah dan peran-peran pendukung lain bagi tentara dan diplomat amerika ketika pemerintah Biden dengan cepat merampungkan penarikan mundur pasukan AS dari Afghanistan.
Pengumuman ini juga hanya berselang satu sehari setelah pemimpin Taliban mengatakan gerakannya berkomitmen mencapai penyelesaian politik guna mengakhiri perang di Afghanistan yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Namun para pemberontak ini telah merebut puluhan distrik di seluruh Afghanistan.
Pernyataan Maulawi Hibatullah Akhunzada itu disampaikan ketika para pemimpin Taliban melangsungkan pertemuan dengan delegasi tingkat tinggi pemerintah Afghanistan di Qatar untuk memulai pembicaraan damai yang macet.
Pembicaraan itu dilanjutkan Sabtu lalu (17/7), menjelang libur Idul Adha, yang di banyak negara dirayakan pada Selasa (20/7).
Utusan Khusus Amerika Untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad, yang kini berada di Qatar, sebelumnya telah menyampaikan harapan agar dikuranginya aksi kekerasan dan kemungkinan tercapainya gencatan senjata selama Idul Adha. [em/lt]