Upaya yang dipimpin Amerika untuk menghancurkan kelompok teror ISIS di Irak dan Suriah kemungkinan akan membutuhkan tambahan pasukan Amerika, tetapi panglima di lapangan ingin tetap memanfaatkan pasukan setempat di kawasan itu selama mungkin.
“Sementara kami memperluas operasi kami di Irak dan ke dalam Suriah, ada kemungkinan besar kami membutuhkan kemampuan tambahan, pasukan tambahan untuk memenuhi kemampuan itu,” kata Letnan Jenderal Angkatan Darat AS, Sean MacFarland kepada reporter di Pentagon Senin (1/2).
Lewat konferensi jarak jauh dan memberi briefing dari Baghdad, Panglima Gugus Tugas Operasi Gabungan Inherent Resolve itu agak berhati-hati ketika ditanya tentang pasukan tambahan yang perlu, ditambahkannya bahwa mengerahkan pasukan Amerika bukanlah pilihan pertama.
“Sudah tentu, kami melakukan apa saja guna meneruskan kampanye ini, dengan pasukan setempat yang ada di lapangan,” kata MacFarland. “Itu merupakan cara terbaik untuk mengalahkan musuh.”
Sejak awal kampanye pemboman terhadap kelompok Negara Islam (ISIS) pada bulan Agustus 2014, koalisi pimpinan AS telah melancarkan lebih dari 10.000 serangan udara terhadap sasaran ISIS di Irak dan Suriah.
Para pejabat AS mengklaim bahwa serangan-serangan itu berhasil menghambat kemajuan yang diraih militan ISIS, yang pada tahun 2014 tampaknya siap untuk menyerang Baghdad, tapi sekarang ISIS telah kehilangan sekitar 40 persen dari wilayah yang tadinya mereka kuasai di Irak.
MacFarland percaya kekalahan kelompok ISIS hanya "masalah waktu" - setidaknya di Irak.
"Jika kami berhasil merebut kembali (kota) Ramadi, yang membuktikan bahwa pasukan keamanan Irak memiliki kemampuan, memiliki keterampilan untuk mengalahkan musuh dalam pertempuran terbuka, itu adalah sinyal yang luar biasa."
Namun, Panglima Gugus Tugas Operasi Gabungan Inherent Resolve pasukan koalisi itu mengaku bahwa kondisi di Suriah adalah masalah yang lebih kompleks.
"Saya tidak bisa mengarahkan pasukan apapun di darat (Suriah), selain pasukan saya sendiri," kata MacFarland. "Ini benar-benar soal pengaruh."
Dan ia tidak melihat pertempuran melawan ISIS di Suriah benar-benar meraih kemajuan, sampai pasukan di sana mampu menguasai Raqqa, yang dinyatakan oleh kelompok ISIS sebagai ibukota kekhalifahan mereka.
"Hal itu (jika Raqqa berhasil direbut) akan menjadi sinyal yang benar-benar kuat bahwa musuh berada dalam akhir kematiannya," kata MacFarland. [ps/jm]