Panglima militer baru Pakistan mengambil alih komando angkatan bersenjata negara itu, Selasa (29/11), di tengah keretakan politik yang semakin dalam antara pemerintah dan pemimpin oposisi yang populer, serta ancaman baru dari kelompok militan utama yang berada di belakang sejumlah serangan mematikan selama 15 tahun terakhir.
Militer secara historis memiliki pengaruh besar di Pakistan, menguasainya selama setengah dari 75 tahun sejarah negara itu. Namun, militer juga memerangi militan lokal dan asing sejak 2001 ketika Pakistan menjadi sekutu Amerika Serikat (AS) dalam perang melawan teror.
BACA JUGA: PM Pakistan Tunjuk Mantan Kepala Dinas Intelijen Jadi Panglima MiliterAliansi itu membuat marah para militan Pakistan, dan mendorong beberapa di antaranya bergabung dengan Taliban Afghanistan dalam perang selama bertahun-tahun yang berakhir pada 2021 dengan penarikan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh panglima militer baru negara itu, Jenderal Asim Munir, adalah bagaimana menanggapi ancaman terbaru dari Taliban Pakistan, yang dikenal sebagai TTP, yang telah memerintahkan para anggotanya untuk melanjutkan serangan di berbagai penjuru negara itu.
Taliban Pakistan adalah kelompok terpisah, tetapi merupakan sekutu Taliban Afghanistan, yang merebut kekuasaan di Afghanistan lebih dari setahun yang lalu ketika pasukan AS dan NATO berada di tahap akhir penarikan diti mereka. Pengambilalihan Taliban di Afghanistan membuat TTP semakin berani. Para pemimpin TTP umumnya bersembunyi di Afghanistan.
Munir merupakan mantan kepala dinas intelijen menggantikan Jenderal Qamar Javed Bajwa yang pensiun dari jabatan tersebut setelah enam tahun menjabat. Bajwa, selama masa jabatannya, telah menyetujui serangkaian operasi melawan militan untuk mengusir mereka dari bekas wilayah kesukuan barat laut negara itu yang berbatasan dengan Afghanistan. [ab/uh]