Hingga 90 persen SPBU di kota-kota besar di Inggris kehabisan bahan bakar minyak (BBM) pada Senin (27/9) setelah terjadinya panic buying. Krisis rantai pasokan BBM yang dipicu oleh kekurangan pengemudi truk di negara itu dapat menghancurkan negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia.
Kekurangan jumlah pengemudi truk pasca-Brexit dalam jumlah besar yang terjadi di Inggris telah menyebabkan kekacauan pada rantai pasokan di berbagai bidang, dari makanan hingga bahan bakar. Hal itu meningkatkan momok gangguan dan menyebabkan harga naik menjelang Natal.
Hanya beberapa hari setelah pemerintah Perdana Menteri Boris Johnson menghabiskan jutaan pound untuk mencegah kekurangan pangan karena lonjakan harga gas alam dan produk sampingannya, karbon dioksida, para menteri berulang kali meminta masyarakat untuk menahan diri dari panic buying.
Wartawan Reuters menyaksikan antrean puluhan mobil tampak mengular di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar di seluruh negeri pada Minggu (26/9). Akibatnya persediaan BBM habis dan memaksa banyak SPBU untuk tutup begitu saja.
BACA JUGA: Pemerintah Inggris Sangkal Kelangkaan BBM"Beberapa anggota kami, melaporkan 50 persen kehabisan (BBM) kemarin, beberapa bahkan melaporkan sebanyak 90 persen habis hingga kemarin," Brian Madderson, ketua Asosiasi Pengecer Bensin mengatakan kepada Sky.
BP mengatakan pada Minggu (26/9) bahwa hampir sepertiga dari pompa bensin di Inggris telah kehabisan dua BBM utama karena panic buying. Akibatnya pemerintah dipaksa untuk menangguhkan undang-undang persaingan dan memungkinkan perusahaan untuk bekerja sama untuk mengurangi kekurangan.
Pemerintah pada Minggu (26/9) mengumumkan rencana untuk mengeluarkan visa sementara untuk 5.000 pengemudi truk asing.
Namun para pimpinan bisnis memperingatkan bahwa rencana pemerintah adalah perbaikan jangka pendek dan tidak akan menyelesaikan kekurangan tenaga kerja yang akut. [ah/rs]