Para Ilmuwan Menguji Berbagai Cara untuk Menyelamatkan Badak

Your browser doesn’t support HTML5

Badak Afrika adalah spesies yang terancam punah dan satu subspesies, badak putih utara, berada di ambang kepunahan. Setelah kematian seekor badak putih utara betina, hanya empat badak putih utara yang saat ini masih hidup. Hanya satu di antaranya jantan. Para ilmuwan menggunakan dua strategi yang berbeda untuk menyelamatkan mereka.

Ancaman terbesar bagi badak adalah pemburu yang membunuh mereka untuk mendapatkan cula mereka. Walaupun tidak ada bukti ilmiah, banyak orang di Vietnam dan China yakin bahwa pil yang terbuat dari cula badak bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan.

Sejak tahun 2008, para pemburu di Afrika Selatan telah membunuh hampir 3.000 badak. International Union for Conservation of Nature memperingatkan badak bisa punah sebelum tahun 2026.

Badak putih utara, yang sebenarnya berwarna abu-abu, sudah punah di alam liar. Hanya empat ekor subspesies ini yang masih hidup dan semuanya ditangkar, tiga betina dan hanya satu jantan, yang diberi nama Sudan.

“Punahnya badak akan menjadi kerugian besar bagi spesies langka,” kata Zachariah Mutahi, pengurus Sudan.

Kehamilan dan kelahiran alami di antara empat badak tersebut hampir tidak mungkin, jadi di Ol Pajeta Conservancy di Kenya, para ilmuwan mencoba membuahi telur badak putih utara di laboratorium dan menanamnya pada badak putih selatan betina.

CEO Ol Pajeta Conservancy, Richard Vigne mengatakan, “Pendekatan awalnya adalah mencoba melakukan fertilisasi in-vitro atau (IVF), memindahkan telur dari tiga badak yang tersisa dan mencampur telur-telur tersebut dengan sperma yang disimpan dari badak putih utara dari seluruh dunia, untuk menciptakan satu embrio yang kemudian akan ditanam ke badak putih utara betina pengganti/sewa rahim, untuk menghasilkan seekor bayi badak putih utara."

Sementara itu, dua ilmuwan yang berbasis di AS mengatakan mereka menggunakan teknik bioteknologi terbaru untuk menciptakan cula badak buatan, sesuatu yang tidak hanya kelihatan tapi juga terasa seperti cula sungguhan, dan mengandung protein yang sama.

“Memang belum bio-identik tapi itu gol kami," kata Matthew Markus, CEO Pembient.

Mereka berharap para pemburu akan mendapati cula yang dikembangkan di laboratorium murah dan lebih aman untuk dijual kembali ke konsumen Asia mereka sebagai cula asli, daripada mempertaruhkan nyawa mereka atau dipenjara seumur hidup karena berburu badak sungguhan.

Diuji dengan cara apapun, para konsumen tidak akan bisa membedakan cula buatan dengan cula asli. Para peneliti mengatakan membanjiri pasar dengan cula buatan bisa menyelamatkan cula asli dari para pemburu.