Para Mantan Pembantu Utama Sebut Trump Seorang Fasis; Vance Sebut Mereka ‘Mantan Karyawan yang Tidak Puas’

Calon presiden dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, dalam kampanye di Madison Square Garden, New York, 27 Oktober 2024.

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang mencalonkan diri untuk pemilihan ulang, telah disebut sebagai seorang “fasis” dan digambarkan “tidak layak untuk mengabdi” oleh beberapa mantan pembantu utamanya, tetapi calon wakil presiden Trump, JD Vance, Minggu (27/10) menolak tuduhan tersebut.

John Kelly menjabat sebagai kepala staf Gedung Putih untuk mantan Presiden Donald Trump dari tahun 2017 hingga 2019. Dalam wawancara baru-baru ini dengan surat kabar New York Times, pensiunan jenderal Marinir bintang empat itu ditanya apakah Trump seorang fasis dan dia menjawab: “...dia jelas seorang otoriter, mengagumi orang-orang yang menjadi diktator — dia telah mengatakan itu. Jadi, dia jelas termasuk dalam definisi umum fasis, pasti.”

Trump bereaksi terhadap tuduhan tersebut di platform media Truth Social miliknya, dengan menulis antara lain, bahwa “John Kelly adalah ORANG BERMORAL RENDAH, dan seorang jenderal yang buruk, yang nasihatnya di Gedung Putih tidak lagi saya perlukan, dan saya menyuruhnya PERGI!”

Calon wakil presiden dari Partai Republik, Senator JD Vance, dari Partai Republik, Ohio, pada rapat umum kampanye partai Republik di Madison Square Garden, New York, 27 Oktober 2024. (Evan Vucci/AP)

Pada hari Minggu, calon wakil presiden dari Partai Republik JD Vance mengomentari pernyataan Kelly dan mantan ketua Gabungan Kepala-Kepala Staf Mark Milley bahwa Trump adalah seorang fasis.

Vance diwawancarai dalam program "Meet the Press" di jaringan televisi NBC.
“Orang-orang yang bekerja paling dekat dengannya, kebanyakan dari mereka mendukung pasangan ini. Saya pikir Mark Milley dan John Kelly sama-sama mantan karyawan yang tidak puas,” jelasnya.

Namun, tiga belas mantan pembantu Trump merilis surat terbuka pada hari Jumat (25/10), yang mendukung pernyataan John Kelly dan memperingatkan bahwa calon presiden dari Partai Republik itu “tidak layak untuk menjabat.”

FILE - Senator Amerika Serikat Lindsey Graham di Yerusalem, 8 Oktober 2024. (Maya Alleruzzo/AP)

Senator Republik Lindsey Graham sangat tidak setuju. Dia menyatakan sikapnya ketika diwawancarai dalam program "This Week' di jaringan televisi ABC. “Saya ada di dekatnya. Saya tidak menganggapnya seorang fasis. Saya pikir dia adalah presiden yang sangat kuat pada saat kita membutuhkan presiden yang kuat. Saya pikir dia akan menjadi presiden yang kuat untuk mengembalikan negara ini ke jalur yang benar,” sebutnya.

Dengan menarget para pemilih di negara bagian-negara bagian kunci di mana kekuatan kedua calon seimbang, kampanye calon presiden Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, telah menayangkan iklan dengan rekaman audio pernyataan John Kelly.

Harris sendiri tidak malu menyuarakan kekhawatiran serupa. “Donald Trump semakin tidak terkendali dan tidak peka dan, dalam masa jabatan kedua, orang-orang seperti John Kelly tidak akan berada di sana untuk menjadi pagar pembatas terhadap kecenderungan dan tindakannya,” jelas Kamala Harris.

FILE - Senator Bernie Sanders berpidato pada Hari ke-2 Konvensi Nasional Demokrat (DNC) di Chicago, Illinois, Amerika Serikat, 20 Agustus 2024. (Mike Segar/REUTERS)

Ketika ditanya dalam program "Meet the Press" di jaringan televisi NBC pada hari Minggu apakah dia yakin bahwa Trump adalah seorang fasis, Senator independen Bernie Sanders memberikan jawabannya. “Saya tidak suka menggunakan kata-kata itu, tetapi jelas ia memiliki kecenderungan yang kuat terhadap otoritarianisme dan merusak demokrasi Amerika.”

Kontroversi itu muncul selagi kedua calon presiden bersiap untuk mengakhiri kampanye mereka. Trump akan berkampanye di negara bagian-negara bagian kunci minggu ini setelah rapat umum hari Minggu di Madison Square Garden, New York.

Harris juga dijadwalkan untuk mengunjungi semua negara bagian kunci dalam beberapa hari mendatang. Ia akan menyampaikan apa yang disebut “argumen penutup” kepada para pemilih di dekat Washington National Mall pada hari Selasa ini. [lt/ab]