Para Menlu negara-negara Amerika Latin bertemu di Washington, membicarakan kasus pendiri WikiLeaks Julian Assange, yang berlindung di Kedubes Ekuador di London.
Para menteri luar negeri dari Amerika Latin bertemu di Washington hari Jumat untuk membicarakan kasus Julian Assange, pendiri Wikileaks yang sudah dua bulan berada di Kedutaan Besar Ekuador di London. Ekuador memberi suaka kepada Assange, tetapi Inggeris menegaskan bahwa pendiri Wikileaks itu akan ditangkap jika ia meninggalkan kedutaan besar itu.
Minggu lalu Inggeris mengirim surat peringatan kepada Ekuador, dan menyebutkan akan menggunakan undang-undang tahun 1987 untuk menangkap Assange yang berada di dalam Kedutaan Besar Ekuador. Ekuador mengatakan pihaknya memandang surat itu sebagai “ancaman.”
Namun, situasi itu menciptakan ketegangan diplomatik antara Inggeris dan Ekuador, dan membuat berang para pendukung Assange.
Di seberang jalan Kedutaan Besar Ekuador di London, para demonstran mengadakan apa yang mereka sebut “berjaga-jaga” – mereka mengatakan akan berada di sana siang malam untuk memastikan Assange tidak dikeluarkan secara paksa dari kedutaan besar itu oleh polisi Inggeris.
Seorang demosntran yang tidak mau disebut namanya mengatakan kepada VOA, “Sangat memprihatinkan orang harus mencari perlindungan dari ekstradisi oleh Inggeris. Assange punya hak untuk melakukannya, dan Ekuador punya kewenangan untuk memberi suaka itu.”
Assange masuk ke Kedutaan Besar Ekuador di London lebih dari dua bulan lalu meminta suaka. Tujuannya adalah agar terhindar dari ekstradisi ke Swedia, di mana ia dicari untuk diinterogasi berkenaan dengan tuduhan-tuduhan perkosaan dan pelecehan, yang disangkalnya.
Ia mengatakan, yakin ekstradisinya ke Swedia akan membawanya ke Amerika untuk menghadapi tuduhan terkait Wikileaks, situs internet yang merilis ratusan ribu kawat rahasia Amerika.
Anand Doobay, pengacara hukum ekstradisi pada Peters & Peters Solicitor di London, menuturkan kepada VOA kondisi-kondisi yang memungkinkan polisi Inggeris memasuki sebuah kedutaan besar negara asing.
“Undang-undang Inggeris menyebutkan jika orang menggunakan kedutaan besar untuk alasan yang tak tak diizinkan, misalnya contoh ekstrem, ada orang di kedutaan besar itu yang punya senjata dan menembaki orang dari kedutaan besar itu, jelas itu tak diizinkan, jadi undang-undang itu kemudian mengizinkan Inggeris untuk mengatakan, ‘kami tidak lagi mengakui kewenangan kedutaan besar ini karena kalian melakukan sesuatu yang tidak diizinkan menurut hukum internasional dan kami akan masuk ke dalam kedutaan besar ini,” tuturnya.
Ia mengatakan tindakan itu “ekstrem untuk dilakukan.” Ia menambahkan, Inggeris hanya bisa melakukannya apabila yakin keputusan yang dibuatnya selaras dengan hukum internasional.
“Saya rasa sangat tidak mungkin Inggeris akan melakukan tindakan itu, karena Inggeris sangat sadar bahwa kedutaan-kedutaan besarnya di seluruh dunia harus diamankan, dan Inggeris tidak mau negara-negara lain, atau mungkin orang-orang atau demonstran, merasa mereka bisa masuk ke kedutaan-kedutaan besarnya begitu saja,” ujarnya lagi.
Para pejabat di Ekuador mengatakan Assange bisa tinggal di kedutaan besar Ekuador di London selama yang diinginkannya. Bahkan, kata mereka, sampai “dua abad” jika perlu.
Minggu lalu Inggeris mengirim surat peringatan kepada Ekuador, dan menyebutkan akan menggunakan undang-undang tahun 1987 untuk menangkap Assange yang berada di dalam Kedutaan Besar Ekuador. Ekuador mengatakan pihaknya memandang surat itu sebagai “ancaman.”
Namun, situasi itu menciptakan ketegangan diplomatik antara Inggeris dan Ekuador, dan membuat berang para pendukung Assange.
Di seberang jalan Kedutaan Besar Ekuador di London, para demonstran mengadakan apa yang mereka sebut “berjaga-jaga” – mereka mengatakan akan berada di sana siang malam untuk memastikan Assange tidak dikeluarkan secara paksa dari kedutaan besar itu oleh polisi Inggeris.
Seorang demosntran yang tidak mau disebut namanya mengatakan kepada VOA, “Sangat memprihatinkan orang harus mencari perlindungan dari ekstradisi oleh Inggeris. Assange punya hak untuk melakukannya, dan Ekuador punya kewenangan untuk memberi suaka itu.”
Assange masuk ke Kedutaan Besar Ekuador di London lebih dari dua bulan lalu meminta suaka. Tujuannya adalah agar terhindar dari ekstradisi ke Swedia, di mana ia dicari untuk diinterogasi berkenaan dengan tuduhan-tuduhan perkosaan dan pelecehan, yang disangkalnya.
Ia mengatakan, yakin ekstradisinya ke Swedia akan membawanya ke Amerika untuk menghadapi tuduhan terkait Wikileaks, situs internet yang merilis ratusan ribu kawat rahasia Amerika.
Anand Doobay, pengacara hukum ekstradisi pada Peters & Peters Solicitor di London, menuturkan kepada VOA kondisi-kondisi yang memungkinkan polisi Inggeris memasuki sebuah kedutaan besar negara asing.
“Undang-undang Inggeris menyebutkan jika orang menggunakan kedutaan besar untuk alasan yang tak tak diizinkan, misalnya contoh ekstrem, ada orang di kedutaan besar itu yang punya senjata dan menembaki orang dari kedutaan besar itu, jelas itu tak diizinkan, jadi undang-undang itu kemudian mengizinkan Inggeris untuk mengatakan, ‘kami tidak lagi mengakui kewenangan kedutaan besar ini karena kalian melakukan sesuatu yang tidak diizinkan menurut hukum internasional dan kami akan masuk ke dalam kedutaan besar ini,” tuturnya.
Ia mengatakan tindakan itu “ekstrem untuk dilakukan.” Ia menambahkan, Inggeris hanya bisa melakukannya apabila yakin keputusan yang dibuatnya selaras dengan hukum internasional.
“Saya rasa sangat tidak mungkin Inggeris akan melakukan tindakan itu, karena Inggeris sangat sadar bahwa kedutaan-kedutaan besarnya di seluruh dunia harus diamankan, dan Inggeris tidak mau negara-negara lain, atau mungkin orang-orang atau demonstran, merasa mereka bisa masuk ke kedutaan-kedutaan besarnya begitu saja,” ujarnya lagi.
Para pejabat di Ekuador mengatakan Assange bisa tinggal di kedutaan besar Ekuador di London selama yang diinginkannya. Bahkan, kata mereka, sampai “dua abad” jika perlu.