Para pemimpin dunia bersiap menghadiri KTT G20 yang kemungkinan berlangsung sengit mulai Jumat (30/11) di Buenos Aires, Argentina. Reporter VOA Henry Ridgwell melaporkan, konferensi dua hari itu berlangsung sementara perang dagang mengancam perekonomian dunia dan serangkaian isu keamanan mencuat di sejumlah kawasan, mulai dari Ukraina, Timur Tengah hingga Laut Cina Selatan.
Sengitnya KTT G20 kali ini paling tidak diperkirakan karena adanya pertemuan dua pemimpin eknomi terbesar di dunia yang saat ini sedang terlibat perang dagang. Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen pada produk impor dari China senilai 200 miliar dolar.
Ia bahkan memperingatkan akan memberlakukan lebih banyak tarif jika kesepakatan tidak dicapai dengan Beijing dalam isu-isu seperti ketidakseimbangan perdagangan dan hak atas kekayaan intelektual. Gedung Putih meyakini memiliki momentum untuk mewujudkan kesepakatan.
Larry Kudlow, penasehat ekonomi Gedung Putih mengatakan, "Sebagian besar pengamat meyakini China berada dalam posisi sulit sementara Amerika Serikat berada dalam posisi yang sangat kokoh menjelang KTT ini.”
China memperingatkan kemungkinan adanya konsekuensi berat jika perang dagang meningkat.
Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai mengatakan, "Pada abad lalu ada dua perang dunia, dan di antara kedua perang itu terjadi depresi hebat. Saya kira tidak ada pihak manapun yang berusaha mengulang sejarah.”
BACA JUGA: Argentina Tangkap 12 Orang Terkait Serangan Bom Jelang KTT G20KTT G20 juga berlangsung sewaktu berbagai ketegangan geopolitik terjadi. Pertemuan itu diselenggarakan hanya beberapa hari setelah Rusia menyerang kapal-kapal Ukraina dan menahan beberapa awaknya. Kiev mengatakan, insiden itu terjadi di perairan internasional. Karena peristwa itu, Trump meragukan bahwa pertemuan yang direncanakan dengan sejawatnya dari Rusia, Vladimir Putin, akan dilangsungkan.
Berbicara Rabu (28/11), Presiden Putin menyalahkan Ukraina. "Apa yang seharusnya dilakukan pasukan penjaga perbatasan Rusia? Kapal-kapal militer itu secara ilegal memasuki wilayah perairan Rusia.”
Yang juga hadir pada KTT itu adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed Bin Salman, yang diduga memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi bulan lalu di Istanbul.
Tristen Naylor dari London School of Economics mengatakan, sangat penting bagi KTT itu untuk dianggap sebagai tempat untuk membuat kemajuan pada persoalan-persoalan utama dunia.
"Bagaimana seharusnya sistem ekonomi bekerja? Apakah proteksionisme merupakan hal baik atau buruk? Apakah perubahan iklim itu nyata atau fantasi? Jika negara-negara itu tidak sepakat, KTT ini memberi pesan kuat kerpada negara-negara yang bukan anggota G20 untuk tidak ikut bergabung,” ujarnya.
Ribuan demonstran anti-globalisasi telah berkumpul di Buenos Aires. Dua puluh dua ribu polisi telah dikerahkan di ibukota Argentina itu, sementara perseteruan-perseteruan paling sengit kemungkinan berlangsung dalam KTT itu. [ab/lt]